Bahaya Dusta Mengatasnamakan Rasulullah Saw -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Bahaya Dusta Mengatasnamakan Rasulullah Saw

M Abdullah Badri
Selasa, 28 November 2023
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
hadits maudlu' yang mengatasnamakan nabi
Teks hadits berisi ancaman mengatasnamakan Rasulullah Saw. Foto: dok.


Oleh M. Abdullah Badri


DALAM sebuah hadits, Rasulullah Saw memperingatkan umatnya agar tidak berbicara atas nama Beliau Saw, kecuali memang benar-benar berasal dari Beliau Saw. 


مَنْ يَقُلْ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ ‏فَلْيَتَبَوَّأْ ‏مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ 


Terjemah:

"Barangsiapa berbicara sesuatu yang tidak aku ucapkan, maka, hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka". (HR. Bukhari) 


Hadits di atas dimuat dalam Kitab Al-Minhatul Khoiriyyah karya Syaikh Mahfudz Tremas (hadits nomor ke-9). 


Hadits lain yang maknanya hampir mirip, antara lain: 


إيَّاكُم وَكَثْرَةَ الحَدِيْثِ عَنِّي، فَمَنْ قَالَ عَلَيَّ، فَلْيَقُلْ حَقًّا أوْ صِدْقًا، وَمَنْ تَقَوَّلَ عَلَيَّ مَا لَمْ أقُلْ، فَلْيَتَبَوَّأ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ


Terjemah:

"Jauhkan diri kalian terlalu banyak membicarakan hadits dariku. Siapa saja yang berbicara atas namaku, bicaralah yang hak dan benar. Dan barangsiapa yang mengatakan suatu perkataan atas namamu, yang aku tidak mengucapkannya, maka, silakan ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka". (HR. Ibnu Majah). 


سَمُّوا باسْمِيْ وَلَا تَكْتَنُوْا بكُنْيَتِي، ومَنْ رَآنِي فِي المَنامِ فقَدْ رَآنِي؛ فإنَّ الشَّيْطانَ لا يَتَمَثَّلُ في صُورَتِي، ومَن كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ


Terjemah:

"Kalian namailah dengan namaku dan jangan berkunyah dengan kunyahku. Barangsiapa yang melihatku dalam tidur, dia sungguh melihatku. Sesungguhnya setan tidak akan mampu menyerupai bentukku. Siapa saja yang berhohong atas namaku dengan sengaja, maka, hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka". (HR. Bukhari)


Kata ‏فَلْيَتَبَوَّأْ dalam hadits tersebut adalah ancaman (تهديد), yang artinya: semoga Allah menempatkannya di neraka, atau, semoga Allah memperpanjang siksanya di neraka. Jadi status hukumnya pendusta hadits adalah berdosa besar, tidak sampai kafir (ini berbeda dengan pendapat Imam Al-Juwaini yang menyebut kafir bagi pendusta hadits, namun, pendapat ini dilemahkan oleh putranya, Imam Haramain). 


Pendusta bisa dihukumi kafir bila sampai mengharamkan yang halal, menghalalkan yang haram, atau meyakini perbuatannya sebagai sesuatu yang benar. Sebab, berdusta atas nama statusnya berbeda dengan berdustas nama nama orang lain. Rasulullah Saw bersabda,


إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ


Terjemah:

"Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama orang lain. Karena barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya dari neraka" (HR. Bukhari dan Muslim). 


Mengucapkan suatu perkataan (تَقَوَّلَ) atas nama Rasulullah Saw, padahal tidak, itu sama saja sikap berani (الجَرَاءَة) dan sembrono (التَّهَوُّر) membatalkan syariat Nabi Muhammad Saw (إبطال الشَّرع) dan dihukumi mengubah ajaran agama Islam (تبديل الدِّين). 


Status para pendusta hadits lebih berbahaya dari para penganut atheisme (الملحدين). Bila para penganut atheis merusak agama dari luar, para pemalsu hadits dan pembuat ajaran baru justru merusak dari dalam benteng akidah Islam yang terdalam. Karena itulah, Rasulullah Saw mewanti-wanti: إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ (Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama orang lain).  


***


Ketiga redaksi hadits terkait larangan berbohong atas nama Nabi Muhammad Saw dikaitkan dengan beberapa hal: 


  1. Kunyah (sebutan yang diawali dengan Abu atau Ummu)
  2. Ucapan (termasuk perbuatan dan ketetapan)
  3. Mimpi bertemu Rasulullah (tidak harus orang shalih)


Kunyah Abul Qosim

Ketiga hal itulah yang barangkali menjadi sumber banyaknya manusia berdusta atas nama Rasulullah Saw. Makanya, Beliau Saw memperingatkan umatnya agar berhati-hati. Sebab, segala yang diucapkan, dilakukan atau ditetapkan oleh Rasulullah Saw itu atas perintah Allah Swt. Bahkan, julukan kunyah untuk beliau, Abul Qosim (ayah Sayyid Qosim) pun ditetapkan atas keputusan Allah Swt. 


وَأَضَعُ حَيْثُ أُمِرْتُ


Terjemah:

"Dan aku memutuskan sesuai aku diperintah" (HR. Bukhari)


Demikianlah sabda Rasulullah Saw, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Jika Rasulullah Saw memberi sesuatu kepada orang lain, atau mencegahnya, itu semua atas qadar dari Allah Swt. Begitu pula ketika Beliau Saw memberi sesuatu kepada orang lain, banyak maupun sedikitnya pemberian tersebut, semuanya atas qadarullah.


Suatu kali, di sebuah pasar, ada laki-laki yang berteriak "hai Abu Qosim". Mendengarnya, Nabi Muhammad Saw menoleh. Ternyata, yang dimaksud adalah orang lain. Untuk mencegah hal itu terjadi lagi, Nabi Saw kemudian bersabda, سَمُّوا بِاسْمِيْ، وَلَا تَكَنَّوْا بِكُنيَتِي - "Namailah dengan namaku, dan jangan berkunyah dengan kunyahku". Sebab, pemberian kunyah Nabi Saw atas kehendak Allah Swt. Bukan sembarangan. 


Ucapan Rasulullah Saw

Begitu pula ucapan Nabi Muhammad Saw. Semuanya bersandar pada wahyu yang diturunkan Allah Swt. Saking khawatir bahaya tercampurnya antara ucapan Rasulullah Saw (hadits) dan Kalamullah (Al-Qur'an), Rasulullah Saw sendiri pernah melarang sahabatnya menulis hadits beliau dalam satu lembaran (mushaf) yang sama. 


Ini terjadi di awal perkembangan Islam. Akan tetapi, setelah para sahabat banyak yang menghapal Al-Qur'an di luar kepala, dan mampu membedakan mana Kalamullah dan mana yang kalam Nabi Saw, Rasulullah Saw kemudian mengijinkan perkataannya ditulis oleh para sahabat. 


Abdullah bin Amr bin Ash adalah salah satu sahabat Rasulullah Saw yang paling rajin menulis sabda-sabda Nabi Muhammad Saw. Semua yang dia dengar dari Rasulullah Saw, dia tulis untuk dihapalkan. Tindakan Abdullah bin Amr ini dikritik oleh Kaum Quraish, "apakah kamu menulis semua yang kamu dengar darinya, sementara Rasulullah Saw adalah seorang manusia yang berbicara dalam keadaan marah dan senang?" 


Ucapan Quraish tersebut membuat Abdullah bin Amr sempat berhenti menulis segala ucapan yang keluar dari Rasulullah Saw. Dia kemudian mengonsultasikan peristiwa ini kepada Rasulullah Saw. Dengan isyarat menaruh jari tangan ke lisannya, Rasulullah Saw bersabda kepada Abdullah bin Amr:


اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلَّا حَقٌّ


Terjemah:

"Tulislah, demi jiwaku yang ada di tanganNya, tidaklah keluar darinya (mulut), kecuali kebenaran". (HR. Abu Dawud)


Bila ada orang alim yang mengucapkan sabda Nabi Muhammad Saw dengan bahasa lain yang bukan Arab, tapi maknanya cocok dengan isi ucapan Rasulullah Saw dalam Bahasa Arab, maka, hal itu diperbolehkan (سائغ). Demikian menurut pendapat Syaikh Mahfudz Tremas dalam Kitab Al-Khil'atul Khoiriyyah syarah Al-Minhatul Khoiriyyah (hlm. 68). 


Yang diancam dengan neraka adalah mereka yang dengan sengaja (مُتَعَمِّدًا) mengucapkan hal dusta atas nama Rasulullah Saw, yang menisbatkan ucapan, pekerjaan atau ketetapan darinya, padahal dia mengetahui. Para ulama' menghukumi perbuatan ini sebagai dosa besar (من كبائر الذنوب). 


Tidak tergolong dosa besar bila terjadi kesalahan mengucapkan hadits Rasulullah Saw karena dia kurang yakin bahwa itu hadits atau hapalannya lemah, sehingga dia lupa, lalai, atau bahkan salah ucap. 


Bagi yang hapalan haditsnya kuat, dia justru memiliki kewajiban menyampaikan hadits Nabi Saw bila ada orang yang bertanya atau dibutuhkan oleh masyarakat. Bila tidak yakin akan sebuah hadits, atau hapalannya tidak kuat, lebih baik tidak berkalam. Bagi mereka inilah, sabda Rasulullah Saw إيَّاكُم وَكَثْرَةَ الحَدِيْثِ عَنِّي (jauhkan diri kalian terlalu banyak membicarakan hadits dariku), berlaku. 


Mimpi Bertemu Rasulullah Saw

Bila ada yang mengaku bertemu Rasulullah Saw misalnya, maka, Nabi Saw menjamin, itu benar. Syaratnya, ciri fisik Nabi Saw yang dilihat oleh pemimpi harus sesuai dengan sifat-sifat yang telah ditulis dalam kitab-kitab hadits. Bila tampilan Rasulullah Saw dalam mimpi tidak bisa dijelaskan, tersamar, atau sekilas saja, itu mungkin hanya pantulan cahaya Rasulullah Saw atas diri sang pemimpi. Yang pasti, itu bukanlah Iblis. Iblis tidak bisa menyerupai rupa Nabi Muhammad Saw. 


Bila ada pesan yang disampaikan Rasulullah Saw dalam mimpi, pesan itu harus sesuai dengan Al-Qur'an dan sunnah. Bila tidak, tidak perlu dipercaya, apalagi diikuti. Tidak ada syarat bahwa si pemimpi haruslah orang shalih (ولا يَلزَمُ أنْ يَكونَ الرَّائي مِنَ الصَّالِحينَ). 


Bisa jadi, yang ditemui Rasulullah Saw dalam mimpi adalah orang kafir, yang dengan mimpi itu, bisa menjadikan dia mendapatkan hidayah iman. Ini yang harus diperhatikan bersama, sebagaimana ditulis dalam Maushu'atul Hadits.


Taubat dari Dusta

Satu-satunya cara bertaubat untuk mereka yang telah berbohong atas nama Rasulullah Saw adalah dengan menjelaskan kepada khalayak luas bahwa apa yang telah diucapkan itu hanya kebohongan yang telah dia buat. Dia harus berani jujur mengatakan bahwa ini dusta dan tidak ada sumbernya dari Rasulullah Saw. 


Seperti orang yang telah mengambil barang milik saudaranya. Satu-satunya cara ya dengan mengembalikan barang tersebut dan meminta maaf. Untuk kasus taubat dusta atas nama Rasulullah Saw, cukup dengan menjelaskan kebohongan yang telah diperbuat dan tidak kembali mengulanginya lagi di kemudian hari. 


إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا


Terjemah:

"kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya)" (QS. Al-Baqarah: 160). 


Tentu saja hal itu sulit dilakukan bagi mereka yang memiliki kepentingan mengatasnamakan qola Rasulullah Saw. Semoga kita dijauhkan dari salah berucap atas nama Rasulullah Saw, baik dalam perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun mimpi. Wallahu a'lam.[]


M. Abdullah Badri, Ketua PC MDS Rijalul Ansor Jepara


Keterangan:

Artikel ini adalah penjelasan ringkas syarah hadits ke-9 Kitab Al-Minhatul Khoiriyyah yang disampaikan penulis di Majelis Macan, Pesajen, Demaan, Jepara, pada Senin malam, 27 November 2023. 


Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha