![]() |
Makam "Sayyid Ustman" Rohmat Hasyim Mandalika, Jepara. Foto: istimewa. |
Oleh M. Abdullah Badri
PEMILIK makam di bibir pantai Pulau Mandalika Jepara itu bernama Rohmat Hasyim, murid Datuk Jokosare Ngabul yang pernah diperbantukan sebagai khadim Kiai Leseh saat dakwah di Ujungwatu dan Banyulegi.
Dia bukan sayyid dalam makna sebenarnya. Ibunya asli dari Bugel. Namanya Rasmanti. Karena saat itu panggilan sayyid arab (saudagar) disegani ndas kuning Postugis, Kiai Leseh menyarankan nama samaran Sayyid Ustman untuk Rohmat Hasyim.
Sejak kecil Rohmat Hasyim hidup bersama Segrek, Sagimin, Rejosari, Trembel, Subandi, dll, di Joglo meh ambruk Datuk Jokosare, Ngabul. Dia diasuh karena statusnya sebagai yatim yang terlihat kelaparan saat pertama kali Datuk Jokosare bertemu.
Di Joglo itulah dia sinahu hurip dan ngaji kitab setengah suwek (Al-Qur'an) ke Datuk Jokosare. Keahliannya dalam bidang agama membuatnya diminta Datuk Jokosare membantu dakwah Kiai Leseh di Ujungwatu.
Dialah yang sering menggantikan Kiai Leseh mulang ngaji kepada 60an jamaah langgar. Subandi, kakak angkatnya yang berperawakan kuat seperti kerbau, khusus bagian keamanan (gelut) Kiai Leseh.
Postugis yang sudah punya mesin mlaku keluk-keluk itu mulai berani menyerang langgar Kiai Leseh, hingga mengakibatkan murid-murid Kiai Leseh syahid. Saat serangan ini, Rohmat Hasyim sedang meladang di sawah. Dia tidak sempat menolong Kiai Leseh.
Sepeninggal Kiai Leseh, muridnya banyak yang murtad. Mereka takut terbunuh dan suka roti Eropa. Demi keselamatannya, Rohmat Hasyim menyamar dengan nama baru "Sayyid Ustman". Wajahnya yang mirip saudagar Arab sangat pas dengan nama ini.
Dia pun memakai jubah hijau pupus untuk pakaian keseharian. Saat ikut mengejar Kalong Kuning, dia cincing-cincing jubah dan terpeleset ke jurang dan wafat di Kamis Wage. Jasadnya utuh, dan baru dikebumikan secara layak pada puluhan windu kemudian setelah ditemukan oleh sekelompok nelayan.
Kisah lengkapnya sudah saya tulis dalam Buku "Jejak Kisah Datuk Jokosari" dan "Kisah dan Jejak Wali di Jepara". Wallahu a'lam. [badriologi.com]
