Bolehkah Bahar Rojaz Berqofiyah? -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Bolehkah Bahar Rojaz Berqofiyah?

M Abdullah Badri
Jumat, 05 September 2025
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
aturan main bahar rojaz dalam ilmu arudl
Ilustrasi syair Ibnu Abdi Rabbih.


Oleh M. Abdullah Badri


KARENA saya menulis buku Arudl berjudul Nuhudlul Kafi fil Ilmil Arudl wal Qowafi, tengah malam ada yang menjapri saya tentang musykil-nya masalah Arudl. Saya tidak kenal dia. Sepertinya dia mendapatkan nomor saya dari grup WA yang saya ikut promosi buku di sana.


Dia menyodorkan satu bait syair Bahar Rojaz di bawah ini: 


دَارٌ لِسلمى إِذْ سُليْمى جارَةٌ :: قَفراً تُرَى آياتُها مِثْلَ الزُّبُرْ

"Itulah rumah Salma ketika Sulaima masih bertetangga, kini gersang tanda-tandanya, laksana ukiran di batu".


Dia kemudian bertanya, "apakah Bahar Rojaz seperti syair di atas adalah sah dan legal dalam Ilmu Arudl, dimana huruf akhir arudl maupun dhorobnya tidak sama?" 


Saya kemudian bertanya, "apakah syair itu potongan (muqotho') atau ada baris bait lain, mas? Jangan-jangan itu syair ada lanjutan setelahnya dan didahului bait sebelumnya?"


Saya kemudian mencari sumber, ternyata syair itu karya Ibnu Abdi Rabbih (860-940 M), yang hidup di zaman Dinasti Abbasiyah. Selengkapnya, berikut ini: 


لم أَدْرِ جِنِّيٌّ سَبَاني أم بَشرْ :: أَمْ شَمْسُ ظُهْرٍ أشْرَقَتْ لي أَم قَمَرْ

"Aku tak tahu, jin kah yang menculikku atau manusia, atau mentari siang yang terbit bagiku, atau rembulan?" (Gambaran suasana mabuk cinta). 


أَمْ نَاظرٌ يُهْدي المَنايا طَرْفُهُ :: حَتّى كأَنَّ المَوْتَ مِنْهُ في النّظَرْ

"Ataukah sepasang mata yang menebarkan maut dengan pandangannya, hingga seakan-akan kematian terpancar darinya dalam tatapan?" (Pandangan matanya membuat luluh). 


يُحْيي قَتيلاً مَا لَهُ مِنْ قاتِلٍ :: إِلا سِهَام الطَّرْفِ رِيْشَتْ بِاْلحَوَرْ

"Ia menghidupkan si terbunuh yang tiada pembunuh baginya, kecuali anak-panah pandangan mata yang berhiaskan kecantikan hitam putih bola mata". (Pandangan matanya mematikan tapi juga menghidupkan = paradoks cinta). 


ما بالُ رَسمِ الوَصْلِ أَضْحَى دَاثراً :: حَتّى لقَدْ أَذْكَرَني مَا قَدْ دَثَرْ

"Mengapa jejak pertemuan kini sirna tak berbekas, hingga benar-benar mengingatkanku pada yang telah lama hilang?" (Dia rindu kenangan lama).


دَارٌ لِسلمى إِذْ سُليْمى جارَةٌ :: قَفراً تُرَى آياتُها مِثْلَ الزُّبُرْ

"Itulah rumah Salma ketika Sulaima masih bertetangga, kini gersang tanda-tandanya, laksana ukiran di batu". (Rindunya berubah jadi sedih pas di bait kelima ini). 


Dugaan saya benar, syair itu bermain di dhorob, dimana semua akhir rimanya (qofiyahnya) selalu berakhiran huruf ra' mati (muqoyyad). Apakah hal ini boleh diterapkan di Bahar Rojaz? 


Saya jawab: Boleh. 


Memang, lazimnya, semua bait Bahar Rojaz adalah tashri'. Jadi, penyair boleh berganti-ganti qofiyah di tiap bait (hingga ribuan kali), asal huruf akhir pada arudl dan dhorobnya tetap sama. 


Namun, bila qofiyah Bahar Rojaz dimainkan sehingga berakhiran huruf sama di tiap dhorobnya dan berbeda di tiap arudlnya, itu adalah bagian dari praktik لزوم ما لم يلزم (luzumu ma lam yalzam - menerapkan sesuatu yang tidak wajib), sebagaimana wajibnya bermain qofiyah di qashidah Bahar Thowil, Bahar Basith atau bahar serius lain (kecuali yang muqotho'at). 


Hal itu serupa dengan praktik menyamakan akhir huruf pada arudl dan dhorob di setiap bait. Sekali lagi, ini dinamakan sebagai luzumu ma lam yalzam. Boleh, sah, legal, tidak menyimpang dan menunjukkan kreativitas tinggi. 


"Kitabnya mana kang, yang menjelaskan keterangan seperti yang jenengan jelaskan?" 


Saya jawab: "Baca buku saya, nanti ada". Hahaha. 


Saya kemudian menambahi keterangan bahwa adanya syair Bahar Rojaz yang berqofiyah seperti karangan Ibnu Abdi Rabbih adalah hujjah atas keterangan saya tersebut. Tanpa perlu kitab, syair itu adalah dalil. [badriologi.com]

Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha