Cara Menghadapi Orang yang Lalai (Al-Muqshir) -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Cara Menghadapi Orang yang Lalai (Al-Muqshir)

M Abdullah Badri
Senin, 22 September 2025
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
cara menghadapi pendosa yang tahu syariat
Dua nadhom tentang mengahdapi pendosa.


Oleh M. Abdullah Badri


SAYA punya karib yang alumnus pesantren, dosen, pernah puasa dala'il, tapi sekarang dia tidak tertib melaksanakan shalat dan amal wajib lainnya. Orang seperti ini saya sebut sebagai al-muqshir (المقصر), alias si lalai. Tahu syariat, tapi ogah melaksanakan. 


Menasehati muqshir memang sulit. Dan butuh husnudzhon. Dalam dua syair Bahar Rojaz, saya mengungkapkan kegelisahan tersebut. 


لِلْمُقْصِرِيْنَ انْبِئْـهُمُ الْفَرَا ئِضَ :: مَعْ حُسْنِ ظَنٍّ أَدْرَكُوْا نَوَاقِضَ

Bagi mereka yang masih lalai, beritahu mereka tentang hal-hal dasar (wajib) saja, disertai dengan husnudhan bahwa mereka akan menyusul hal-hal yang pernah ditinggalkan (di masa lalu).


وَلَنْ تَـرَى عَيْنٌ لِنَقْصٍ إِنْ مُلِئْ :: قَـلْبٌ بِـحُـبٍّ لُطْفَةٍ لِـمُـخْطِئْ 

Tak akan ada mata yang melihat kekurangan jika hati dipenuhi cinta dan kelembutan terhadap pendosa. 


SYARAH SYAIR

Memberitahukan dasar agama kepada sesama, itu bukan tugas individu, tapi tugas kolektif sesuai nash Al-Qur'an berikut ini: 


وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ


"Dan berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman". (QS. Adz-Dzariyat: 55).


Sayangnya, si muqshir itu tahu secara teori. Dia pasti tahu bahwa meninggalkan shalat dengan sengaja adalah tanda kerasnya hati dan bisa mengakibatkan hilangnya nur iman, sebagaimana diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin (Juz 1, hlm. 88). 


Jadi, ngecupris dasar-dasar syariat kepada orang seperti teman saya di atas, percuma. Meski begitu, tetap perlu disampaikan dasar-dasar kewajiban agama. Dan tidak perlu memaksakannya. Ketika saya shalat, saya beritahu dia, tapi, saya tidak mengajaknya berjama'ah. Mengapa, memberitahunya bahwa akan melaksanakan shalat itu sama saja dengan mengajaknya. Dia tetap milih udud saat saya shalat. Rodo mangkelno jane


Saya pun hanya bisa berhusnudhon, barangkali, suatu saat dia akan menambal atau menyusul kewajiban yang telah ditinggalkannya bertahun-tahun. Hanya itu yang bisa saya lakukan. Bila saya keras, agama justru tampak menjadi kaku. Tanpa husnudzhon, agama justru menjadi tempat dia ber-su'udhon.


Rasulullah Saw bernah diminta ijin seorang pemuda agar diperbolehkan berzina. Beliau Saw tidak marah, justru yang agak marah adalah mereka yang mendengarnya. Sambil tersenyum, Rasulullah Saw mengajaknya duduk, dan mengatakan:


أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ؟

"Apakah kamu suka perbuatan zina dilakukan terhadap ibumu?"


Kalimat Kanjeng Nabi Saw itu membuat dia berhenti ingin berzina. Begitulah cara Rasulullah Saw menghadapi orang lalai (muqshir). Tanpa menghardik, tapi mengena, dan tetap menjaga husnudhon si pemuda kepada agama yang dalam syair, saya ungkapkan dengan kata مَعْ حُسْنِ ظَنٍّ أَدْرَكُوْا نَوَاقِضَ (disertai dengan husnudhan bahwa mereka akan menyusul hal-hal yang pernah ditinggalkan). 


Orang yang hatinya dipenuhi cinta sesama dan kelembutan, dia tidak akan melihat kekurangan dari seorang pendosa. Sebab, kelembutan adalah penawar bagi orang yang melakukan kesalahan, sebagaimana kisah Rasulullah Saw yang saya sebutkan di atas. 


Jangan berkisah tentang dahsyatnya akibat orang yang berzina, meninggalkan shalat, meminum khomr dan sebagainya. Itu akan membuat si muqshir tambah panjang berkecewa. Kisahkanlah tentang ampunan dan besarnya penerimaan taubat dari Allah Swt. 


Kata Imam Ghazali: "Menasehati dengan kelembutan lebih berkesan di hati, sedangkan keras dan kasar hanya menambah kebencian". (Ihya' Ulumiddin, Juz 2, hlm. 324). Allah Swt berfirman: 


فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ


"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu". (QS. Ali Imran: 159).


Isyaroh tentang hal ini saya ungkapkan dalam kata "لُطْفَة لِـمُـخْطِئْ" (kelembutan terhadap pendosa) dalam syair.


Adapun nadhom lainnya, akan saya ungkapkan di lain waktu. Sepertinya, kumpulan potongan nadhom yang saya buat layak dikumpulkan dalam satu buku. Belum ada judul sih. [badriologi.com]


Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha