Apa Hukum Bersedekah dengan Harta Haram? -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Apa Hukum Bersedekah dengan Harta Haram?

M Abdullah Badri
Selasa, 04 Juli 2023
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
bagaimana hukum bersedekah uang haram
Hukum bersedekah dengan harta haram. Foto: istimewa.


Oleh M. Abdullah Badri


AMAL ibadah paling banyak dilakukan dan utama adalah sedekah. Janji Allah Swt. atas orang-orang yang mau besedekah sangat banyak. Simak firman Allah Swt. berikut ini:


مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ


Terjemah: 

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-Baqarah: 286). 


Para utusan Allah Swt. juga mendapatkan perintah untuk memakan makanan yang baik-baik dan beramal shalih. 


يٰٓاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًاۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ


Terjemah:

"Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Mu'minun: 51). 


Salah satu keistimewaan sedekah ialah panjang umut, banyak rezeki dan selamat dari bala'. Allah berfirman: 


مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ


Terjemah:

"Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan." (QS. Al-Baqarah: 245)


Pertanyaannya, bagaimana hukum bersedekah dengan barang haram? 


Banyak orang yang salah kaprah, dimana mereka memilih bersedekah dan mengalahkan ibadah lain. Seolah, dengan sedekah, dirinya akan mendapatkan rahmat dari Allah Swt. dan selamat dari cobaan (bala') di dunia dan akhirat. 


Akhirnya, bagi mereka, sedekah lebih penting daripada shalat. Ibadah sedikit tidak mengapa asal kuantitas sedekahnya banyak. Bahkan, demi meningkatkan sedekah, melindungi diri dari bala' dan musibah, mereka tidak merasa bersalah bila harta yang disedekahkan itu haram. 


Maka, bagi mereka ini, harta hasil transaksi riba disedekahkan kepada orang-orang yang tidak berdosa, atas nama amal. Dengan husnudzon, bila penerima sedekah haram ini tidak mengetahui secara jelas sumber harta itu, dia boleh menerima. Tapi, bila dia tahu bahwa harta itu jelas dari dari barang curian, hasil tipuan, korupsi, riba dan lainnya, dia tidak boleh menerima. 


Orang yang sengaja memakan harta haram bisa dimasukkan sebagai kategori yang doanya tidak dikabulkan oleh Allah. 


Dalam hadits Abu Hurairah di atas Rasulullah Saw. pernah menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa,


يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ


Terjemah:

"Wahai Rabbku, wahai Rabbku", padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?" (HR. Muslim no. 1014)


Mengapa tidak diterima doanya? Sebab, Allah Swt. hanya menerima orang-orang yang sungguh-sunggu dalam beramal, termasuk sedekah dan bekerja. Allah Swt. berfirman:

 

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ


Terjemah:

"Allah hanya menerima dari orang yang bertakwa" (QS. Al-Maidah: 27). 


Maksud Al-Muttaqin dalam ayat di atas ialah orang-orang yang mampu menjaga dirinya dari sesuatu yang tidak halal untuk masuk ke perutnya (makanan dan minuman). Demikian menurut keterangan Imam Ahmad. 


Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. menyandingkan status sedekah harta haram (ghulul) dengan shalat yang tidak didahului dengan bersuci (wudlu'). Beliau Saw. bersabda: 


لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلاَ صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ


Terjemah:

"Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul (harta haram)" (HR. Muslim). 


Maksud Al-Ghulul dalam teks hadits di atas adalah mengambil harta dari baitul mal, alias mencuri. Demikian kata Syaikh Mahfudh Termas dalam Kitab Al-Khil'atul Fikriyyah (Syarah Al-Minhatul Khoiriyyah). Segala harta yang diambil dari orang lain termasuk ghulul, harta haram. 


Karena itulah, para ulama' menghukumi haram menyedekahkan harta curian, hasil korupsi, hasil riba, dan lainnya, walau niatnya baik. Sedekah harta haram ibarat orang yang mencuci baju dengan air kencing atau ibarat menjatuhkan setetes kapur najis ke dalam segelas air. Meski air tidak kelihatan tercemar, warna air lama-lama akan keruh. 


Untuk mendapatkan pahala, cukup dengan dengan tidak melakukan perbuatan curang, mencuri, korupsi dan berbuat riba. Itu lebih dari cukup daripada bersedekah dengan harta haram, yang tidak akan diterima oleh Allah. Ingatlah sabda Rasulullah Saw. di bawah ini: 


أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا


Terjemah:

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thayib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik)". (HR. Muslim).


Bila Allah Swt. menerima sedekah dari harta halal, maka, balasannya sangat besar. Simaklah dawuh Rasulullah Saw. di bawah ini:


مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ فَإِنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّيْ أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ.


Terjemah:

"Barangsiapa yang bersedekah dengan sesuatu yang senilai dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, sedangkan Allah tidaklah menerima kecuali yang thayyib (yang baik), maka Allah akan menerima sedekahnya dengan tangan kanan-Nya kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya seperti seorang di antara kalian membesarkan kuda kecilnya hingga sedekah tersebut menjadi besar seperti gunung" (HR. Muttafaqun Alaih). 


Harta haram yang dicampur dengan harta halal, yang haram, menurut para ulama', lebih didominankan. Alasannya, ikhtiyath (mengambil jalan hati-hati). [badriologi.com/ab]


Keterangan:

Artikel ini adalah dokumentasi ngaji di Majelis MACAN Pesajen, malam Selasa, 3 Juli 2023. Hadits kelima dari Kitab Al-Minhatul Khoiriyyah. 



Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha