Kitab Tambihun Nahdliyyin | Ditulis pegon Arab sebagai peringatan. Foto: badriologi.com. |
Oleh M. Abdullah Badri
KITAB Tambihun Nahdliyyin (Peringatan untuk warga NU) ini ditulis mengingat saat itu, -zaman kitab disusun- banyak warga NU yang mulai pudar ber-amaliyah di NU. Jamiyyahnya ada, tapi praktik berjama'ahnya dianggap semakin menurun.
Penulis menggambil contoh Lailatul Ijtima'. Dulu, saat awal NU berdiri, tiap tanggal 15 Qamariyah, jama'ah NU berijtima' dalam satu malam yang kemudian disebut sebagai Lailatul Ijtima' (malam berkumpul). Jama'ah NU rajin dan rutin ber-Lailatul Ijtima' di kantor NU, masjid maupun mushalla.
Malam itu benar-benar dijadikan sebagai malam penuh berkah. Di malam Lailatul Ijtima' itulah, warga NU diajak untuk meninggalkan hiruk pikuk urusan dunia, walau hanya sebulan sekali. Mereka berkumpul dengan para ulama shalihin, bertatap muka, dan saling memberikan manfaat.
Selain itu, di malam Lailatul Ijtima' ada aktivitas shalat ghaib berjama'ah untuk para a'dla' (anggota) Nahdlatul Ulama' yang sudah tiada, lengkap dengan membaca Surat Yasin dan Tahlil yang pahalanya dikirimkan kepada ahli kubur yang mendahului sowan ila hadratillah. (hlm. 9-10)
Bisa dikatakan, dulu, malam Lailatul Ijtima' adalah malam kesadaran penuh berkah dari Jama'ah NU untuk pendahulunya. Mereka sadar dan mengirim doa. Jadi, menjadi warga NU tidak hanya bermanfaat ketika masih hidup, tapi juga pasca wafat. Lailatul Ijtima' benar-benar jadi alarm warga NU agar mengingat yang telah tiada.
Rasulullah Saw., bersabda:
يرفع العذاب عن الأموات بدعاء الأحياء
Artinya:
"Adzab orang mati diangkat karena doa yang masih hidup".
من أعان على ميت بقراءة او ذكر استوجب الله له الجنة
Artinya:
"Barangsiapa menolong mayit dengan bacaan atau dzikir, Allah memberinya surga".
Dalam Tambihun Nahdliyyin ini, dalil-dalil amaliyah lain yang dipraktikkan oleh warga NU sejak berdiri hingga sekarang tertulis cukup lengkap dalam Bahasa Jawa halus aksara Pegon berharakat. Dan hampir semua isinya merujuk kepada kitab-kitab ulama Nusantara, yang sangat bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Lailatul Ijtima' dan sejarah nya hanya satu dari puluhan bab tentang ke-NU-an dan ke-Aswaja-an yang ditulis oleh tiga kiai asal Banyuwangi dalam kitab pegon ini.
Sudah pernah dicetak pada tahun 1996. Kini, atas ijin keluarga, kitab Tambihun Nahdliyyin dicetak ulang dengan kertas putih dan cover yang menarik. Harganya Rp. 85.000 (bebas ongkir ambil sendiri di Ngabul, Jepara). Silakan japri WA (link langsung order) atau inbox.
Saya hanya diberi 100 eksemplar. Setelah terjual semua, tidak ada. Terbatas untuk kalangan warga NU dan yang tertarik dengan amaliyah aswaja saja. Yang minat, kirim alamat lengkapnya. Bila harus pakai pos, ongkos kirim ditanggung pembeli. [badriologi.com]