Mencari Teman Kendara Menuju Surga -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Mencari Teman Kendara Menuju Surga

M Abdullah Badri
Senin, 22 September 2025
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
teman adalah cermin diri dan api
Syair pengumpamaan teman karib.


Oleh M. Abdullah Badri


SUATU kali, ada seorang kiai menuduh saya jarang shalat hanya karena saya berteman akrab dengan seorang habib yang biasa tidak shalat. Kini, kiai itu divonis 10 tahun penjara akibat men-dubur puluhan muridnya. Mungkin, para karib kiai itu juga banyak yang suka men-dubur laki-laki juga. Begitukah?


Mudahnya dia menyimpulkan demikian karena dalam bahasa Arab, ada pepatah الصاحب ساحب (teman itu penarik). Hadits Nabi Saw juga menyatakan: الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ (Seseorang berada di atas agama sahabat karibnya). Kedua hikmah itu kemudian saya rangkai dalam se-bait nadhom Bahar Rojaz berikut ini: 


وَدِيْنُ مَـرْإٍ مِـثْلُ دِيْنِ خِـلِّهِ :: وَالصَّاحِبُ السَّاحِبُ بَعْضُ فِـعْلِهِ

"Agama (perilaku hidup) seseorang itu mengikuti (cermin) agama sahabat karibnya. Dan seorang teman itu selalu menarik (mempengaruhi) sebagian perbuatannya".


SYARAH NADHOM

Agama kita tidak berdiri di ruang kosong. Ada yang mempengaruhi dan dipengaruhi. Para ulama' sudah menjelaskan, bahwa faktor utama yang memengaruhi cara beragama seseorang itu adalah teman karib. Bila karibnya shalih, dia istiqomah. Bila rusak, buruklah ia. Rasulullah Saw bersabda: 


الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ


"Seseorang berada di atas agama sahabat karibnya. Maka hendaklah kalian melihat siapa yang kalian jadikan sahabat". (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). 


Baca: Cara Menghadapi Orang yang Lalai (Al-Muqshir)


Dalam perumpaan indah, Nabi Saw juga mengibaratkan teman dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Beliau Saw bersabda: 


مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ


"Perumpamaan teman yang baik dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi". (HR. Bukhari dan Muslim). 


Penjual minyak wangi bisa memberimu atau setidaknya engkau mencium bau harum darinya, sedangkan pandai besi akan membakar bajumu atau engkau akan mencium bau yang tidak sedap darinya. 


Imam Ghazali menyamakan karib sebagai cermin (مثل), seperti saya ambil bahasa itu di syair juga. Al-Ghazali mengatakan: "Teman itu bagaikan cermin. Jika ia baik, ia menunjukkan kebaikanmu. Jika ia buruk, ia akan menampakkan aibmu". (Ihya' Ulumiddin, Juz: 2, hlm. 183). 


Beda lagi dengan Ibnul Jauzi. Baginya, teman laksana api. Dia berkata: "Teman itu laksana api. Jika engkau duduk di sisinya, panasnya sampai kepadamu. Maka berhati-hatilah dalam memilih teman". (Shoidul Khothir, hlm. 85). 


Mengapa demikian? Karena lingkaran persahabatan bisa menentukan nasib seseorang di akhirat. Al-Qur'an menegaskan, kelak, banyak orang menyesal telah bersahabat dengan orang buruk. Allah Swt berfirman: 


يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا


"Celakalah aku, andai saja aku tidak menjadikan si fulan itu sebagai teman akrab". (QS. Al-Furqan: 28).


Kelak, antar teman akan saling bermusuhan, kecuali mereka yang berteman dengan orang-orang taqwa. Al-Qur'an menegaskan: 


الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ


"Teman-teman karib pada hari itu akan menjadi musuh satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa". (QS. Az-Zukhruf: 67).


Karena itulah, Rasulullah Saw mengingatkan agar kita hati-hati memilih lingkaran persahabatan. Teman akrab bisa menjadi penarik amal. Beliau Saw bersabda: 


لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ


"Jangan bersahabat kecuali dengan orang beriman, dan jangan biarkan yang makan makananmu kecuali orang bertakwa". (HR. Abu Dawud).


Adalah rahmat bila kita didekatkan dengan sahabat yang berperangai baik dan dijauhkan dari karib yang buruk. Teman-teman yang baik adalah mereka yang masuk dalam firman Allah Swt: 


وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ


"Tolong-menolonglah kalian dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan". (QS. Al-Maidah: 2).


Beberapa kriterianya ialah: berakhlaq baik, beragama lurus, tidak cinta dunia berlebihan, suka menasehati dan tidak menjerumuskan. Mereka inilah kategori sahabat yang bisa menjadi kendaraan ke surga. 


Punya teman kok serakah, biasanya pintar memanfaatkan saja. Teman yang hasud, kalian akan dijerumuskan. Begitu pula teman yang tidak istiqamah, bakal ringan diajak durhaka (maksiat). 


Perlu dicatat, bahwa tidak semua tindakan teman itu selalu mencermin ke diri kita. Sebab, ada orang yang berteman dengan pendusta, tapi niatnya untuk memantau. Ada orang yang berteman dengan tukang minum, tapi niatnya untuk memperbaiki. Karena itulah, dalam syair, saya memilih kata بَعْضُ (sebagian) daripada kata كل (seluruhnya). 


Artinya, hampir semua perbuatan lingkaran pertemanan akan menular jadi perilaku kita. Namun, tidak seluruhnya. Makanya, saya agak keberatan dengan tuduhan kiai pen-dubur santrinya itu. [badriologi.com

Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha