Oleh M Abdullah Badri
BIASA saja. Jangan ikut euforia. Jangan pula larut membullly-nya berlebihan seperti sebelah. Habis Maghrib Sabtu kemarin (09/02/2019), sang kiai kasepuhan berpesan begitu kepada saya. Via telepon.
Abah Luthfi sedang asuh dengan asihnya, kepadanya. Jangan dicurigai. Jangan pula dihingar-bingari dengan bully. Biasa saja. Ingat, kita bukan FPI, yang sering berlagak menjadi komandan ukhuwah islamiyah. Kita ini umat Islam Nusantara. Ukhuwah milik siapa saja.
Ukhuwah
Abah sedang memasukkan dia ke lingkaran ukhuwah islamiyah. Barulah nanti, setelah benar-benar mustauthin (menetap lama) di ukhuwah islamiyah, pasti ia akan diajak kepada lingkaran ukhuwah wathaniyah yang sebenar-benarnya. Taat kepada ulil amri ala Walisongo. Jadi, jangan dibully, jangan pula dihingar-bingari. Biasa saja.Ingat, tidak semua gelar milik nahdliyyin. Syaikh Puji juga populer disebut syaik. Tapi kurang terpuji di kalangan NU. Gelar itu saya baca sebagai garis demarkasi awal kalau dia berbeda dari kalangan wahabi, yang selama ini mendukungnya, lalu melupakannya dalam sekejap —potret ukhuwah tak beradab. Asuh yang tidak asih.
Hanya Abah Luthfi yang sanggup menjadi Fa'il atas Maf'ul berakronim SAS. Selamat buat Kiai SAS. Bukan Kiai Said Aqil Siraj loh yah maksud saya. SAS adalah? [badriologi.com]