![]() |
| Pengalaman pahit jadi nasehat adalah ibadah. |
Oleh M. Abdullah Badri
MERASAKAN sendiri pahitnya dihasud oleh lingkungan keluarga akan lebih manis bertutur kala mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan, daripada bertutur dari ruang kosong tanpa pengalaman. Menjadikan pengalaman pahit hidup sebagai nasehat itu bukan membuka aib, tapi justru merupakan ibadah yang bernilai pahala.
Syariat menyatakan, setiap bala' (musibah) yang diterima manusia, walau tampaknya buruk, sejatinya adalah madrasah hati. Sejatinya pula, kesenangan termasuk fitnah. Maka, tidak ada bedanya antara antum diberi nikmat maupun diberi musibah. Keduanya sama-sama fitnah. Allah Swt berfirman:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
Terjemah:
"Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan". (QS. Al-Anbiya': 35).
Orang yang bisa menjadikan musibah dan fitnah yang diterimanya menjadi nasehat, dia tergolong sebagai orang yang memiliki pemahaman yang baik akan takdir Allah (أحسن الفهم عن الله). Betapa tidak, dari nasehat itu, dia mengajak orang lain untuk tetap bersabar, berusaha, tawakkal dan berdoa. Semua ini adalah amal. Dan mengajak amal adalah ibadah. Karena itulah, saya katakan dalam syair Bahar Rojaz:
وَاجْـــعَلْ مَــرِيرَةَ الْحَيَاةِ نُصْحَةً :: لِلنَّاسِ كُنْتَ دَاعِهِمْ عِــبَادَةً
"Jadikanlah kepahitan hidup menjadi nasehat bagi orang lain, maka Anda adalah pengajak mereka kepada ibadah".
SYARAH NADHOM
Banyak sekali bala' yang dialami seseorang berubah menjadi nur hidayah (cahaya petunjuk) setelah dilalui. Para ulama' salaf mengatakan:
ربّ بلاءٍ صار سبب هداية
Terjemah:
"Banyak sekali balak (musibah/fitnah) yang berubah menjadi penyebab datangnya hidayah".
Hanya orang yang bersih hatinya lah yang bisa meng-i'tibar (mengambil hikmah) atas bala' dan fitnah yang diterima. Di seberang sana, orang menanggapi semua derita yang menimpanya sebagai balasan atas perbuatannya sendiri, bukan madrasah hati. Akhirnya, dia mengutuk dirinya sendiri, menyalahkan orang lain, dan lalu misuh-misuh.
Padahal, kata Ibnul Qayyim, hikmah itu datang setelah diuji. Dia mengatakan:
ما أُوتي عبدٌ حكمةً إلا بعد ابتلاء
Terjemah:
"Tak seorangpun hamba yang diberi pelajaran bijak kecuali setelah diuji".
Imam Hasan Al-Bashri juga mengatakan bahwa omongan yang mujarab itu bukan omongan orang yang tahu tentang pitutur, tapi omongan yang berasal dari tajribah (pengalaman). Pernah pengalaman dihina orang lain, lisannya akan fasih dan magnetik sekali jika bertutur tentang bagaimana menghadapi bila dihina oleh keluarga sendiri, istri, saudara kandung, tetangga, teman, atau kawan kerjasama.
Dengan pengalaman pahit, omongan yang keluar darinya bukan hanya klaim, tapi benar-benar pernah dilalui secara langsung. Hidup dengan pengalaman itu lebih mengena daripada hidup tanpa menjalani apa yang dituturkan. Karena itulah, pengalaman lebih berharga daripada pengetahuan. Apalagi sekedar klaim. Klaim tanpa pengalaman adalah bohong.
Golongan manusia yang paling banyak ujian hidupnya ialah para Nabi dan Rasul. Allah Swt sudah mengabarkan bahwa dalam kisah mereka, kita diminta menelusuri ibroh (pelajaran). Allah Swt berfirman:
لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ
Terjemah:
"Sungguh, pada kisah mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat". (QS. Yusuf: 111).
Ibroh hanya bisa dipetik oleh orang yang berakal sehat. Ibroh adalah inti dan sari dari penderitaan pahit. Hanya yang berakal yang mampu membacanya lalu dijadikan sebagai pelajaran berharga. Para Nabi dan Rasul layak dijadikan teladan karena memang mereka memiliki kisah yang layak diteladani.
Hampir tiada kenikmatan yang tidak diterima tanpa melewati ujian. Berbahagialah mereka yang diuji hampir mirip ujian para Nabi. Jika antum diuji seperti Nabi Yusuf as, yang dihasudi oleh saudara kandung sendiri, maka, selamat, insyaAllah nasibnya seperti Nabi Yusuf as, yang menjadi wazir, ahli ta'bir mimpi, melimpah kemuliaan dan melimpah pula kekayaan.
Rasulullah Saw sudah mengatakan bahwa orang beriman tidak akan bersu'udzon kepada Allah Swt atas semua penderitaan yang diterimanya. Karena baginya, semua yang datang dari Allah Swt adalah baik. Beliau Saw bersabda:
عجبًا لأمر المؤمن، إن أمره كله له خير
Terjemah:
"Betapa menakjubkannya urusan orang beriman! Sesungguhnya, semua urusannya baik baginya". (HR. Muslim).
Tapi ya itu tadi, syaratnya hanya satu: beriman. Kalau tidak beriman, musibah dan fitnah akan jadi keluh kesah, kutukan, dan menyalahkan orang lain. Sehingga, musibah dan fitnah yang diterimanya tidak bisa menjadi nasehat untuk orang lain.
Karena itulah, menjadikan nilai baik dalam berbagai musibah menjadi untaian nasehat untuk orang lain adalah bagian dari amal menunjukkan orang lain ke jalan yang lurus dan benar. Rasulullah Saw bersabda:
من دلَّ على خير فله مثل أجر فاعله
Terjemah:
"Siapa saja yang menunjukkan jalan kebaikan, maka, baginya, senilai pahala orang yang mengerjakan petunjuk tersebut". (HR. Muslim).
Bila antum mengalami musibah dan fitnah, lalu menguntainya dalam barisan nasehat, dan orang lain meniru sehingga menjadi jalan petunjuk baginya, maka, semua akan berakhir ibadah. Adalah keliru bila menyebut nasehat dari pengalaman buruk sebagai membuka aib diri sendiri.
Saya berusaha menjadikan pengalaman pahit saya sebagai nasehat dalam bentuk syair ber-syarah. Semua yang saya katakan dan saya tuturkan berdasarkan akal sehat dari pengalaman. Bila Anda dekat dengan saya, Anda akan tahu pengalaman saya dalam setiap syairnya. [badriologi.com]
Keterangan:
Syarah nadhom ini adalah bagian dari kumpulan Nadhom Sururun Nasho'ih, yang suatu kali akan saya kumpulan jadi kitab nadhom bersyarah bahasa Indonesia.





