Wirid dan Tirakat Kiai Mahmudi Besito Kudus Saat Babad Tanah MTs TBS -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Wirid dan Tirakat Kiai Mahmudi Besito Kudus Saat Babad Tanah MTs TBS

M Abdullah Badri
Sabtu, 19 Januari 2019
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
Saat sowan dan minta berkah doa ke Kiai Mahmudi, Besito, Kudus bersama rombongan kelas C alumni MA TBS 2005, Jumat sore (18 Januari 2019)
Oleh M Abdullah Badri

PADA 18 Januari 2019, Kiai Mahmudi pernah menyatakan bahwa dulu tempat sekolah Madrasah TBS itu ada di depan ndalem KH. Ma'mun Ahmad. Kamar para santri terletak membujur dari Utara ke Selatan. Saat itu, satu kelas dihuni oleh 24 siswa dan tiap tingkatan hanya ada satu kelas saja, tidak seperti sekarang yang per tingkatan bisa terdiri atas beberapa kelas. Kondisi ini dialami Kiai Mahmudi pasca proklamasi kemerdekaan.

Artinya, meski Indonesia sudah merdeka, siswa Madrasah TBS masih ada yang melangsungkan kegiatan belajar di pesantren Tasywiquth-Thullab Balaitengahan. Kiai Mahmudi menjelaskan, sebelum perkembangan TBS memiliki bangunan kelas di Utara jalan KH. Turaichan Adjhuri sekarang, dulu kegiatan belajar mengajar siswa juga pernah dilangsungkan di Masjid Kidul (maksudnya masjid Balaitengahan yang ada di sebelah Selatan bangunan MI TBS sekarang).

Bangunan Madrasah MTs TBS sekarang dulunya adalah rumah KH. Abdul Jalil yang disebut Kiai Mahmudi sebagai Al-Falaki (ahli Falak) dari tanah referendum, yakni tanah milik pemerintahan Belanda yang karena sudah tidak berkuasa lagi, akhirnya diambil alih oleh Republik Indonesia, dan kemudian ditempati KH. Abdul Jalil.

Karena MTs TBS ketika itu membutuhkan lokal, maka lokasi tanah referendum KH. Abdul Jalil dijadikan bangunan belajar para siswa. Dan Kiai Mahmudi adalah murid MTs pertama yang menempati bangunan tersebut. Terjadi tahun 1974.

Selain menjadi siswa MTs TBS pertama, Kiai Mahmudi juga ikut membeli tanah tersebut bersama KH. Ma'mun Ahmad. Lokasi tanah yang dibeli adalah tanah yang sekarang ada di belakang bangunan Madrasah MTs TBS Kudus lurus ke Utara, yang dulunya adalah tanah masyarakat sekitar.

Babad dan Wirid

Atas perintah KH. Ma'mun Ahmad, Kiai Mahmudi ikut babad alas lokasi tanah MTs bersama teman-temannya yang saat di kelas mereka nganggur karena sedang tidak diajar oleh para guru.

"Babad tanah dimana kiai?"

"Itu di Utara rumah (Kiai Jalil, pen), sampai sana," jawab KH. Ma'mun Ahmad kepada Kiai Mahmudi, "babad lagi Di, laris doamu," ajak KH. Ma'mun Ahmad lagi, lain waktu.

Doa yang dimaksud Kiai Mahmudi saat tengah babad alas tanah MTs adalah "Allahul kafi rabbunal kafi, qashadnal kafi wa jadnal kafi, lkullin kafi kafanal kafi, wa ni'mal kafi alhamdulillah". 

Saat capek membabad alas MTs dan istirahat, dan KH. Ma'mun Ahmad mendekati, Kiai Mahmudi diminta membaca "Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nashir" hingga 450 kali sekali duduk. Dan amalan ini dilangsungkan sampai Madrasah TBS berkembang memiliki MPTs.

KH. Ma'mun Ahmad menjelaskan kalau tanah itu statusnya dibeli dan juga diminta. Sebagian tanah ada yang dibeli tapi adapula yang diwakafkan oleh KH. Ma'mun Ahmad.

Pembelian tanah itu disebut Kiai Mahmudi terjadi ketika pengurus Madrasah TBS mengalami kevakuman. Ada struktur kepengurusannya, tapi pasif. Entah di masa kepengurusan masyayikh yang mana, belum ada data yang saya cari.

Agenda sowan berikutnya, silakan baca: Kebiasaan Mbah Makshum Lasem Sowan ke Para Santri “Ngisor Gedang”. [badriologi.com]
Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha