Kak Hadziq usai berenang di Pantai Kartini Jepara, 15 Oktober 2017. Foto: dokumen pribadi. |
HADZIQ, anak pertama memang selalu bikin gemes orangtua. Bukan karena lucu, tapi dia kadang terlihat seperti orangtua, padahal usianya baru 5 tahun, duduk di kelas TK. Jika adiknya, Faqih, memiliki karakter manja, kepedean abis, Hadziq berbeda. Dia memang laiknya kakak, yang selalu memberikan saran dan umpan untuk adiknya, bahkan teman-teman sebayanya.
Pernah suatu kali, Hadziq tiba-tiba meminta saya potong rambut. "Bapak potong tah rambutnya, biar ganteng," katanya tanpa sadar. Jika ditanya, mengapa meminta begitu, selalu saja dia tidak bisa menjawab. Malah ngalor-ngidul minta di-sun sayang.
Hadziq bak penjaga adiknya bermain dan penutur terbaik dan termuda kepada orangtuanya. Selain pernah memerintah saya potong rambut, dia juga sering memperingatkan adiknya mematikan televisi tiap Maghrib karena hal itu memang aturan lama warisan orangtua saya. Maghrib tiba, tivi harus mati. Apapun alasannya. Hadziq tidak peduli tangis adiknya. Maghrib, tivi dipaksa harus off.
Jumat, 22 Maret 2019, Hadziq tiba-tiba saja meminta ibunya agar melakukan shalat malam secara istiqamah. Anehnya, dia tahu kalau tetangga sebelah juga ada yang mengistiqamahkan shalat malam.
"Bu, kalau malam shalat malam yah. Kayak Mbak Nur itu loh, yang tiap malam shalat tahajud," katanya, seperti tidak sadar.
"Nang, tadi minta ibu shalat malam meniru Mbak Nur yah? Kenapa? Kamu kok tahu Mbah Nur shalat malam terus?" Tanya saya. Seperti biasa, dia malah minta duit jajan ke warung Mbak Nur. Hahaha.
Faqih, adiknya, saat bermain bersama di rumah, 16 November 2017. Foto: dokumen pribadi. |
Anak Baik
Bukan satu dua kali. Hadziq selalu saja begitu. Tidak tahu siapa yang memerintahnya untuk selalu mengingatkan orangtuanya. Mbah dan paman-pamannya yang kecil juga acap kena nasehat baik dari sumber entah darinya. Apalagi pas matanya tersibak melihat makhluk-makluk yang orangtuanya sendiri tidak melihatnya. Makin ngawur kalau ngomong begituan."Mbah, kok pocongnya ada di pojok sana tiga yah, itu ada genderuwo dan ular-ular juga," katanya suatu hari kepada Mbah Putri-nya yang sedang di ladang, siang hari pula.
Kontan saja Mbah nya ikut merinding. Lha wong dia diajak ke kebun supaya Mbah punya teman ngobrol, e e e, malah ditunjukin yang bukan-bukan. "Muleh kono nang muleh, dijak ngancani Mbah kok malah medeni/Pulang sana, diajak nemani Mbah malah nakutin," kata Mbah nya. Hahaha.
Seperti namamu nang, Hadziq (cerdas) dan Faqih (pintar), Bapak doakan kamu semua menjadi anak shaleh, cerdas dan bijak. Kamu selalu menjadi alarm keluarga. Sejak di kandungan, kamu pernah Bapak ajak mandi di sumur Mbah Sunan Kalijaga Demak, tiap malam Jumat sampai lahir.
Nama kalian berdua pun bukan Bapak yang memilih, tapi Mbah Buyutmu yang sudah tiada, yang mendatangi ibumu dalam mimpi, lalu meminta nama itu kalian pakai berdua selamanya. Kun waladain shalihain muthi'ain ilaAllah wa Rasuulih. [badriologi.com]