Oleh M Abdullah Badri
SOSOK (alm) KH. Mukhlisul Hadi sangat sulit ditemukan penggantinya di Desa Margoyoso, Kalinyamatan Jepara. Demikian kata Efendi, tokoh yang selama ini nderekke beliau sampai wafat. Dituturkan kepada penulis pada Rabu dini hari (18/09/2019).
Saking ikhlashnya, Kiai Mukhlis tidak pernah merasa kecewa tiapkali di-PHP oleh orang-orang yang selama ini menjanjikan banyak hal kepada beliau. Ada saja sekelompok orang yang tiap pembangunan pondok pesantren beliau dimulai, datang menawarkan bantuan. Selalu saja gagal.
Berungkali ada bantuan material yang datang menawarkan diri dengan tiba-tiba tetapi justru Kiai Mukhlis yang keluar dana, tapi uniknya, pembangunan Pondok Pesantren Roudlotul Huda yang diasuhnya tidak pernah terbengkalai. Bahkan Kiai Mukhlis Margoyoso selalu wiridan di dalam bangunan yang sedang didirikan, setiap habis Subuh.
Baca: Asbabun Nuzul Surat Al-Hasyr Ayat 9 dan Larangan Membenci Sahabat Nabi
Sepengetahuan penulis saat diajak sowan orangtua ke Kiai Mukhlis berkali-kali, beliau ini sosok kiai yang irit bicara dan halus dalam bertutur kata. Tidak mudah mencari celah kapan beliau marah. Sulit mencari sosok penggantinya memang, di wilayah Kecamatan Kalinyamatan.
Kisah kepulangan Kiai Mukhlis ke Jepara dimulai dari titah guru beliau saat mondok di pesantren Magelang asuhan KH. Chudlori, ayah Gus Yusuf Chudlari. Kiai Chudlori meminta Kiai Mukhlis boyong setelah menceritakan dirinya bermimpi minum air kolam wudlu hingga habis.
Banyak yang mengartikan bahwa mimpi meminum habis air kulah atau kolam adalah selesainya studi bertahun-tahun yang sudah dijalani, meski tidak pernah langsung ngaji kitab kuning ke kiai. Gus Muwafiq membahasakannya dengan "Ilmu Share It".
Pada Senin malam, 7 Oktober 2019/9 Shafar 1441 H, Kiai Mukhlih diperingati haulnya yang ke-6. Al-Fatihah! [badriologi.com]