Wajib Beriman Kepada Mukjizat Mi'raj Nabi Muhammad Saw -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Wajib Beriman Kepada Mukjizat Mi'raj Nabi Muhammad Saw

Badriologi
Rabu, 09 Desember 2020
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus

 

hukum tidak percaya mukjizat mikraj nabi muhammad
Kitab Bad'ul Amali makna syiir ke-27A. Foto: badriologi.com.


Oleh M Abdullah Badri


DALAM Kitab Bad'ul Amali bait syi'ir ke-27A ini, pengarang menyertakan pentingnya mengimani peristiwa Mi'raj (naiknya Nabi Muhammad ke langit) dan alhamdulillah sudah dikaji penulis bersama jama'ah Majelis Ngaji rutin malam Kamis, 28 Oktober 2020 di Mushalla Al-Firdaus, Ngabul, Tahunan, Jepara.  


وَحَقٌّ أَمــــرُ مِعــــراجٍ وَصِــــــــــدْقٌ ۞ فَفِيْـــــــــهِ نَصُّ أَخبَــــــارٍ عَوَالِي


Artinya: 

"Peristiwa Mi'raj itu benar dan nyata terjadi, atas dasar nash dan hadits-hadits (populer) yang terpercaya sanadnya". 


Secara bahasa, Mi'raj (معراج) artinya adalah naik dari bawah ke atas. Kata ini juga digunakan Al-Qur'an ketika menyebut malaikat naik. Allah Swt. berfirman: 


تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ


Artinya: 

"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun". (QS. Al-Ma'arij: 4). 


Secara istilah, Mi'raj merupakan perjalanan naik Nabi Saw. yang dimulai malam hari dari Baitul Maqdis, Palestina, hingga langit ke tujuh, Arasy, batas alam raya, Sidratul Muntaha, Kursi atau hingga surga. Peristiwa ini terjadi pada malam tanggal 27 Rabi'ul Awal atau Rajab, 1/1,5 tahun sebelum Nabi Saw. berhijrah ke Madinah. 


Rasulullah Saw. menceritakan, malam itu Beliau Saw. sedang menginap di rumah sepupunya bernama Umi Hani'. Kedua matanya bisa tidur terlelap tetapi hatinya tidak. Jibril kemudian datang dan meminta Nabi Saw. berwudlu'. 


"Lihatlah Tuhanmu (Muhammad)," pinta Jibril. 


Seketika, Nabi Saw. sudah berada di atas Buroq, -semacam hewan yang pernah dikendarai Nabi Ibrahim as. dalam perjalanan dari Syam ke Baitul Haram. Bentuk Buroq ini lebih besar dari Keledai dan lebih kecil dari Bagal (hewan hasil kawin silang antara Kuda betina dan Keledai jantan). Langkahnya cepat secepat panjangnya mata Buroq memandang.


Buroq itu kemudian menunduk rendah hingga Nabi Saw. bisa menaikinya untuk menuju Masjidil Aqsha, Palestina (disebut Isra'). Tampak para Nabi dan malaikat sudah berkumpul di dalam masjid. Saat hendak menunaikan dua rakaat shalat, Jibril meminta Nabi Saw. agar shalat bersama mereka (ber-jama'ah). 


Setelah itu, Nabi Saw. dinaikkan oleh Allah Swt. menuju perjalanan ke langit. Di langit pertama, Nabi Saw. berjumpa dengan Nabi Adam as. Di langit kedua, ada Nabi Yahya as. dan Isa as. Nabi Yusuf as. dan Idris as. di langit ketiga dan keempat. Selanjutnya, Nabi Harun as. di langit kelima. Nabi Musa as. di langit keenam dan Nabi Ibrahim as. ada di langit ketujuh. 


Setelah itu Nabi Saw. naik lagi hingga ke sampai Sidratil Muntaha, yang di tengah-tengahnya ada maqom Jibril seluas Sungai Nil dan Furot yang menjulang ke bumi. Para malaikat Rafraf yang indah datang melayani dan mengelilingi Nabi Saw., atas perintah Jibril as. Rafraf adalah kelompok malaikat pelayan yang memiliki tugas khusus di dunia langit, laiknya Buroq yang juga memiliki tugas khusus di bumi. Wallahu a'lam.  

 

Singkatnya, inilah beberapa kejadian yang menyertai Nabi Saw. saat Isra' dan Mi'raj:


  1. Shalat dengan para Nabi dan malaikat,
  2. Malam Isra' saat masih di dalam masjid sebelum Mi'raj, dada Nabi dibelah Jibril as. sebelum naik ke atas kendaraan yang disebut Buroq (sebelumnya, pada usia 2,2/3 tahun dan 10 tahun serta ketika di Goa Hira' -kala wahyu pertama turun-, Nabi Saw. sudah pernah dibersihkan hatinya oleh Jibril, dibedah dadanya), 
  3. Menyaksikan banyak keajaiban,
  4. Bertemu dengan para Nabi di langit,
  5. Mendapatkan kalam serta mendengarkannya langsung dari Allah Swt. Menurut satu riwayat, malam itu Nabi ber-khitab dengan Allah Swt. hingga 1.000 kali, 
  6. Melihat Allah dengan mata kepala dan hatinya (وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ ۞ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ), tanpa kaif (bagaimana), idrak (penggambaran) dan tamsil (penggambaran).


Orang yang mengingkari terjadinya peristiwa Isra' (perjalanan Nabi Muhammad Saw. dari Makkah ke Masjidil Aqsha, Palestina) adalah kafir. Mengapa? Karena ketetapan Isra' Nabi Saw. tertulis jelas dalam Al-Qur'an.  


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ


Artinya:

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-Isra': 1).


Bila hanya beriman kepada Isra' Nabi Saw. tapi tidak beriman atas Mi'raj-nya, maka, ia tergolong ahli bid'ah, sesat, fasiq, harus dihukum dan dihentikan, tapi tidak sampai dihukumi kafir. Bila ingkarnya karena alasan angkuh (عِنادًا), maka, ia bisa dihukumi kafir atas nama melawan syara'


Orang-orang yang menekuni filsafat banyak yang mengatakan mustahil atas peristiwa Mi'raj. Muslim yang mengikuti pendapat kalangan filosof ini bisa disebut sebagai orang yang angkuh (عِنادًا), dan karenanya, dia bisa terkena hukum murtad (keluar dari Islam). 


Mi'raj adalah bagian dari mukjizat Nabi Muhammad Saw. Meski tidak tertulis dalam Al-Qur'an, peristiwa itu tercatat dalam banyak hadist mutawatir, yang sangat sulit tidak bisa dipercaya faktanya (kecuali hadits Ahad [perawi-nya sedikit] tentang batas kunjungan Nabi setelah langit teratas itu).


Ali Al-Qari' menyatakan, menurut satu pendapat, orang yang tidak percaya perjalanan Nabi Saw. hingga melebihi langit ke tujuh bisa dianggap kafir dengan alasan menyelisihi ijma' para ulama. Tapi, menurut pendapat lain, ia hanya dianggap sesat atas alasan mengingkari hadits-hadist masyhur (populer).    


Tambahan, munculnya mukjizat tidak selalu (tapi kebanyakan) di-dahului tantangan orang-orang yang tidak beriman (kafirin). Buktinya, saat Perang Hudaibiyah, jari-jari tangan Nabi Saw. pernah mengeluarkan air hingga cukup untuk diminum dan dibuat berwudlu' oleh para sahabat, yang sangat beriman kepada Nabi Saw. Mau dibantah bagaimanapun, ini adalah bagian dari mukjizat.


Karena itulah, mukjizat Nabi Muhammad Saw. dibagi menjadi dua kategori. Pertama, mukjizat sementara, yang berhenti sesuai kebutuhan, seperti mengalirnya air dari jari-jari tangan mulia Rasulullah Saw. Kedua, mukjizat abadi. Yakni Al-Qur'an. 


Mengimani mukjizat seperti Mi'rajnya merupakan bagian daripada iman. Beda dengan karomah wali. Senyeleneh apapun karomah, tidak ada kewajiban mengimani karomahnya maupun sosok walinya. Lumrahnya, tujuan munculnya karomah adalah untuk memperkuat iman dan menolong agama (لنصرة الدين). Karomah tidak dijadikan sebagai syarat pembuktian seorang wali. Penjelasan detail tentang karomah, baca keterangan Nadham ke-32 Kitab Ba'ul Amali.      


Bagaimana sifat Mi'raj Nabi? 

Ibnu Jama'ah membagi hingga 5 pendapat. Pertama, Mi'raj Nabi terjadi secara jasadi dan ruhiyah (ruhnya). Inilah pendapat shahih, ahlussunnah wal jama'ah. Kedua, ingkar keduanya. Ini pendapat Muktazilah. Ketiga, Mi'raj Nabi secara jasadi saja, tanpa ruh. Pendapat ini dianggap aneh dan lucu oleh ulama'. Keempat, terjadi secara ruhiyah saja, tidur maupun terjaga. Kelima, percaya Mi'raj tapi tidak mau terlibat membahas caranya. 


Sahabat Mu’awiyah ra. termasuk orang yang menyebut Mi'raj Nabi terjadi dalam mimpi, yang ia sebut sebagai mimpi postif (رؤيا صالحة). Pendapat yang benar sesuai madzhab ahlussunnah wal jama'ah adalah bawah Isra' dan Mi'raj Nabi Saw. itu terjadi secara jasad dan ruh bersamaan, dan dalam kondisi terjaga. Bukan dalam mimpi saja. 


Bukti yang menguatkan bahwa Nabi Saw. berangkat Isra' dan Mi'raj dalam kondisi terjaga adalah terjadinya pro-kontra penduduk Makkah ketika Nabi Saw. menceritakan peristiwa Isra' dan Mi'raj ke mereka. Bila Isra' dan Mi'raj Nabi Saw. hanya dalam mimpi, tentu saja pro-kontra itu tidak akan terjadi. Wallahu a'lam. [badriologi.com]


Download PDF sumber artikel: 

  1. Kitab Dha'ul Ma'ali (hlm: 20). 
  2. Kitab Darojul Ma'ali (hlm: 87-90)
  3. Kitab Jami'ul La'ali (hlm: 157-158)
  4. Kitab Nukhbatul La'ali (hlm: 80-83)
  5. Kitab Taqrirot Bad'ul Amali (hlm: 20)
  6. Kitab Tuhfatul A'ali (hlm: 53-54)

Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha