 |
| Teks syiir Sayyid Najm - Bahar Thowil. |
Oleh M. Abdullah Badri
MEMBUAT syiir Arab dengan mengikuti kaidah pakem Ilmu Arudl memang gampang-gampang susah. Baris bait pertama dan kedua harus konsisten mengikuti aturan. Dalam Bahar Basith misalnya, taf'ilat bakunya yang tam (sempurna) adalah seperti ini:
مستفعلن فاعلن مسفتعلن فاعلن * مستفعلن فاعلن مسفتعلن فاعلن
Tapi, praktiknya, wazan فَاعِلُنْ selamanya tidak dipakai di bagian arudl (kata akhir pada baris bait pertama). Yang terpakai adalah taf'ilat فَعِلُن (dibuang alif matinya setelah fa'). Dari bait pertama hingga terakhir, harus konsisten begitu, laiknya Burdah Bushiri atau Burdah Banat Su'ad Ka'ab bin Zuhair.
Dari zaman bahulak ya begitu. Bila keluar dari aturan ini, maka, syiir dianggap sebagai qobihah (قبيحة), jelek atau syadz (شاذ) bahkan mungkar.
Sama halnya dalam Bahar Thowil, taf'ilat dasar aslinya adalah:
فعولن مفاعیلن فعولن مفاعيلن * فعولن مفاعیلن فعولن مفاعیلن
Namun, praktiknya, bagian arudl-nya, kata terakhir baris pertamanya, yang dipakai hanya ada satu, yakni: مفاعلن (dibuang ya' matinya yang jatuh setelah a'in). Dalam istilah Ilmu Arudl, ini disebut Maqbudhoh (مقبوضة), yakni membuang huruf mati kelima, alias ya' nya di taf'ilat مفاعيلن.
Bila keluar dari sistem ini, maka, syiir Bahar Thawil nya dianggap syadz, menyimpang, dan jelek.
Karena itulah, sebuah syiir baru dipublikasikan setelah mengalami editing dan revisi berkali-kali. Syiir yang saya buat dengan judul "Sayyidun Najm" ini mengalami revisi hingga tiga tahap. Jadilah seperti di bawah ini:
(يا سيّدَ النَّجْم)
نَجَاحٌ لِيَا شَيْخِيْ تَلَـقَّيْتُ وِجْــهَتِيْ عَنِ النُّوْرِ مِنْكُمْ عَاشَ نَـهْضُ الْفُؤَادِ
Beruntung untukku wahai guruku. Dari nur cahayamu, aku mencapai tujuanku. Sehingga kebangkitan hati terus hidup.
دَلَلْــتٌـمْ لِغَـــفْلَــتِيْ نَجَوْتُمْ سَفِيْنَـتِيْ إِذَا تُــهْتُ فِيْ بَحْرِ الـــضَّلَالِ الْبَـعِـيْدِ
Engkau tunjukkan kepadaku kelalaianku. Engkau selamatkan kapalku, ketika aku tersesat di lautan kesalahan yang jauh terdalam.
فَنَجْمٌ كَأُسْتَاذِيْ بِأَنَّــكـُمُ الْــوَصِيْ سَـقَـيْتُـمْ قُـــلُوْبًا بِالــرَّوِيْ وَالْــوِدَادِ
Guruku ibarat bintang, sebab engkau adalah pemimpin yang melindungi. Engkau telah menyirami hati dengan kesegaran dan cinta.
تَـمَــهَّدْتُمُ الْأَدَابَ دَرْبِيْ ثَــقَافَــتِيْ غَرَسْتُـمْ لِيَ الْأَخْلَاقَ سَعْيَ الْـحَمِيْدِ
Engkau telah membentang jalanku berbudi pekerti dan berbudaya yang baik. Engkau telah menanamkan akhlak yang baik dalam diriku, agar jadi tempuhan yang terpuji.
لِـمَجْدِ الْـحَــيَاةِ قَــدْ مَدَدْتُمْ شَرِيْعَتِيْ ضَـحَوْتُمْ بِسَيْفِ الْــوَقْــتِ فِيَّ بِـجِدِّ
Demi kemuliaan hidup (ku), engkau telah memperdalam syariatku. Engkau mengorbankan pedang waktumu untukku, dengan tekun.
بِــدُوْنِ عِطَائِكُمْ لَـطَالَتْ وَسِيْلَتِيْ وَ أَجْهَلُ كَيْفَ الرَّجْمُ كَيْدَ الشُّرُوْدِ
Tanpa dermamu, jalanku akan panjang, dan aku tak akan tahu cara melempari gangguan sang buronan Tuhan (setan).
بِجَنْبِ يَدَيْكُـمْ مَا انْفَكَكْتُ مَكَانَتِيْ طِــوَالَ الـــزَّمَانِ طَالِـــبًا كَالْـعَبِيْدِ
Di sisimu, aku tak bisa melepas statusku sepanjang zaman, sebagai thalib (murid). Ibarat seorang budak.
وَتَشْوِيْـقُنَا الْـعِـلْمَ لَـــدَيْــكُمْ ذَرِيْعَــتِيْ لِتَـــعْظِيْمِ جَاهِــكُـمْ دَوَامًا لِـــوُدِّ
Hasratku untuk belajar ilmu darimu adalah alasanku untuk selalu mengagungkan kedudukanmu, atas nama cinta.
وِسَامٌ مِنَ الْأَنْوَارِ أَرْسَلْتُ مِنْ يَدِيْ لَكُمْ سَيِّدَ النَّجْمِ الْهُدَى وَالْوُرُوْدِ
Medali cahaya kukirim dari tanganku untukmu, wahai pembimbing jalan petunjuk dan ilham warid (mawaridul ilah), yang laksana bintang.
Bila ada yang membuat lagunya, yang sama sekali baru, dipersilakan. Syiir di atas mengikuti lagu-lagu yang dibuat untuk syiir "kalamun qadimun la yumallu sama'uhu".
Jazakumullah yang berhasil membuat lagu barunya. Apalagi ada musiknya. [badriologi.com]
