![]() |
Halaman 1 Nadhom Suhirtu. |
Oleh M. Abdullah Badri
BERIKUT ini adalah dokumen tentang pengalaman saya disihir oleh orang dengki yang diam-diam menelikung dari belakang. Kata orang-orang, wong Jepara dikenal meneng, tegel, lalu main tugel dengan dugel dari belakang. Makanya banyak yang ogah berurusan dengan wong Jeporo.
Saya membenarkan hal itu. Keterusterangan adalah kepercumaan berakhir nestapa. Makanya, wong Jeporo itu -setahu saya- mayoritasnya ambigu, ora jelas, kurang berani memihak, tapi mudah tersinggung tanpa berani mengucapkan keberatan dengan ucapan atau tindakan, kecuali dari belakang.
Orang berkarakter blokosutho seperti saya tidak banyak yang mendekat. Bila pun mendekat, karena ada hajat. Di kepengurusan sekarang, saya di PCNU Jepara sempat masuk wakil syuriah tapi dilorot oleh oknum-oknum. Konon, karena saya tampak lebih membahayakan daripada membahagiakan hajat orang-orang berkepentingan.
Begitu pula di NU ranting. Sudah ada keputusan syuriah bila tanfidziyah salah kepada saya, tapi, sampai sekarang, tidak ada ishlah. Hanya nggremeng di belakang. Tahu salah, tapi tidak elegan mengalah. Begitulah tabiat umum wong Jeporo. Megilan.
Begitu antum bermasalah dengan orang Jepara, Anda sulit menebak apa masalahnya. Diam adalah senjata. Setelah itu, lihatlah apa yang terjadi. Saya adalah korban. Diamnya orang Jepara bisa menjadi alarm sesuatu yang berisiko. Berkali-kali keterusterangan saya disalahpahami atau bahkan dipropagandakan salah.
Tapi, alhamdulillah, setiap kali terus terang, setiap kali pula saya yang lebih mendapatkan dukungan, keberpihakan dan bahkan kelimpahan anugerah. Setiap kali pula manusia yang saya hadapi, tersungkur, termasuk yang menyantet saya. Bi-idznillah, jungkel-jungkel. Wis tah. Ngandelo!
Meskipun saya yang tumbang pertama, se-pengalaman hidup saya, tukang santet akan mendapatkan balasan lebih besar di dunia minimal sebelum menghadapi maut. Walaupun masih saya terima bila dia mau, sekarang, si penyerang saya sudah tidak menampakkan diri di depan hidung. Lewat saja dia ogah, lha kok nglorohi, kisinan makno.
Kini, mereka ketahuan. Dan saya terus terangkan inti-inti kisah saya disantet dalam sebuah dokumen syair nadhom hingga berjumlah 90 bait Bahar Rojaz. Yang teliti, mereka bakal tahu nama dan ciri pelakunya. Baca saja, saya sebut tapi simbolik. Namanya juga sastra.
Membaca syair berjudul Suhirtu (سحرت) ini akan memberikan pengetahuan baru dan pengalaman betapa iblis-nya bahaya sifat hasud dan dengki, yang menurut para ulama', bisa merusak tatanan dunia. Bahkan, bisa merusak masa depan akhirat.
Selamat membaca! Download Nadhom Suhirtu PDF. []