Membenci Anak Hanya Karena Musuhan dengan Orangtuanya (Ashobiyah) -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Membenci Anak Hanya Karena Musuhan dengan Orangtuanya (Ashobiyah)

M Abdullah Badri
Kamis, 30 Oktober 2025
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
membenci anak karena membenci ayahnya termasuk fanatik
Nadhom bahaya membenci anak karena musuhan dengan ayahnya.


Oleh M. Abdullah Badri


ADA seorang laki-laki yang karena dia membenci seseorang, dia menegur anak dari orang yang dibencinya dengan kelewat batas. Disaduk, dimaki, dikatai kasar hingga si anak mengalami trauma tidak mau ngaji lagi di mushalla yang diampu olehnya. 


Membenci anak atau perempuan sebab membenci ayahnya atau suaminya adalah ta'asshub (fanatisme buta) ala zaman jahiliyah yang sudah diharamkan oleh Rasulullah Saw. Karena itulah, dalam bahar Rojaz, saya katakan:


تَغْضَبُ لِلطِّفْلِ لِأَجْلِ غَضَبِكْ :: إِلَى أَبِيْهِ فَهْوُ مِنْ تَعَصُّبِكْ

"Engkau marah kepada seorang anak hanya karena kemarahanmu terhadap ayahnya, itu adalah wujud dari fanatikmu (keras hatimu)". 


وَيُذْهِبُ التَّعَصُّبُ الْإِحْسَانَ :: وَالْعَدْلَ وَالْمَعْرُوْفَ وَالتَّوَازُنَ

"Keras hati karena fanatik menghilangkan berbuat baik (ihsan), adil, ma'ruf (kebaikan sosial), dan tawazun (keseimbangan)". 


SYARAH NADHOM

Membenci seorang anak karena kau memusuhi ayahnya adalah perbuatan biadab. Hal itu sama saja dengan menyiksa orang yang tidak bersalah. Yang kau benci ayahnya, tapi anaknya yang tidak berdosa kau ikut sertakan. Ini adalah sejenis marodlul qolbi (penyakit hati) yang sulit dihilangkan tanpa ilmu dari Rasulullah Saw. 


Lihatlah, betapa Rasulullah Saw itu sayang kepada anak-anak, bahkan kepada anak-anaknya musuh Beliau Saw. Disebutkan dalam riwayat, Rasulullah Saw mengelus kepala salah satu anak musuhnya sambil mengatakan begini: 


لا تزرُ الآباءَ ذنوبَ الأبناء


Terjemah:

"Ayah tidak akan menanggung dosa anak-anaknya". 


Perkataan Rasulullah Saw adalah penyataan Al-Qur'an. Allah Swt berfirman:


وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ اِلَّا عَلَيْهَاۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰىۚ


Terjemah:

"Setiap orang yang berbuat dosa, dirinya sendirilah yang akan bertanggung jawab. Seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain". (QS. Al-An'am: 164). 


Membenci anak karena musuhan dengan ayahnya adalah bentuk ashobiyah (fanatik) buta. Dalam ashobiyah, orang lebih menuruti emosinya daripada akalnya. Karena itulah, ashobiyah termasuk perbuatan dhalim yang bahkan pelakunya tidak diakui sebagai umat Rasulullah Saw. Na'udzubillah


Rasulullah Saw mengatakan: 


لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ، وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ، وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ


Terjemah:

"Tidak termasuk bagian dari kami: orang yang menyerukan kesukuan (ashobiyah). Begitu pula dia yang berjuang demi kesukuan, dan yang mati demi kesukuan". (HR. Abu Dawud). 


Ashobiyah memang benar-benar membuat orang rasis, tidak berlogika, dan ingin menang sendiri dengan dalih "pokoke". Setidaknya, ashobiyah bisa menimbulkan empat mudarat: 


1. Menghilangkan Sikap Ihsan (Kebaikan)

Lanjutan sikap dari ashobiyah adalah membenarkan seseorang meskipun perbuatannya salah dan batil. Artinya, setiap kebaikan yang keluar dari musuhnya dan kelompok musuhnya tidak pernah dianggap benar oleh orang yang taasshub, termasuk anak-anak musuhnya. Karena itu, dia tidak akan bisa berbuat ihsan. Padahal, ihsan sangat disukai Allah Swt (إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ - Allah menyukai orang-orang yang ihsan). Orang yang tidak lagi ihsan, tidak akan mendapatkan mahabbah dari Allah Swt. Betapa berat hidupnya jika mahabbah Allah Swt tercabut?


2. Tidak Bisa Berbuat Adil

Ashobiyah itu melahirkan sikap membela keturunan dan kelompoknya saja. Apapun yang datang dari kelompoknya dibenarkan, dibela dan disebarkan, namun, bila hal itu datang dari musuhnya dan kelompok musuhnya, tidak akan diterima. Dia suka menghakimi sebelum mendengar, dan marah sebelum mengetahui hal sebenarnya. Inilah yang menyebabkan sikap adilnya makin tergerus dan merusak akhlak. Yang dibenci ayahnya, anaknya pun ikut dimaki, disaduki, tanpa dosa yang dimengerti akibatnya. Bagaimana bisa berbuat adil?


3. Menghilangkan Akhlak Ma'ruf

Orang yang fanatik buta terhadap kebenaran dirinya dan kelompoknya sendiri mengalami gagap mahabbah dan hilangnya sikap saling tolong menolong, yang dalam bahasa akhlak disebut sebagai al-ma'ruf (etika sosial yang baik). Ini adalah imbas dari hilangnya sikap berbuat adil. Bila hati sudah dirundung benci, maka, siapapun yang berkaitan dengan orang yang telah dibencinya, ikut dibenci pula. Tak ada rasa ingin menolong. Tak ada sikap ma'ruf sosial. Ini sudah pasti. 


4. Hilangnya Sikap Berimbang (Moderat)

Karena fanatisme hanya melihat satu sisi saja tanpa melihat sisi lain (dari musuhnya atau kebenaran lain), maka, dia buta dari kedua sisi. Dia tidak akan dekat dengan tabayun (meminta klarifikasi) sebab hatinya sudah diboyong rasa amarah dan benci. Imam Al-Ghazali mengatakan: 


التعصبُ يطمسُ نورَ العقلِ، كما يطمسُ الغضبُ نورَ البصيرةِ، فلا يرى صاحبُه إلا ما يُوافقُ هواه


Terjemah:

"Kefanatikan memadamkan cahaya akal sehat, sebagaimana amarah memadamkan cahaya wawasan (bashiroh), sehingga pemiliknya hanya melihat apa yang sesuai dengan keinginannya saja". 


Karena itulah, orang tasshub tidak akan bersikap moderat. Cara pandangnya mata kuda. Terbatas, dan hanya dari satu sisi saja. Pada akhirnya, sikap takabbur (sombong) dan ananiyah (egoisme) merajai. Keduanya adalah akar perpecahan dan permusuhan yang lebih luas, karena di sana: keras hati menjadi tuan, dan nasehat tidak lagi diperlukan. Padahal, ad-din (agama) adalah nasehat.  


Ketika kamu membenci seseorang, bencilah sekadarnya. Aturlah bencimu dengan manajemen yang tidak menutup keadilan akal. Jangan ngenengke anak dulurmu walaupun kau sedang bermusuhan dengan ayahnya. Itu sudah taasshub. Apalagi sampai ikut menyiksa anaknya atau istrinya (dengen ngenengke), yang tidak paham duduk masalah yang sedang kau perselisihkan. Itu dhalim. [badriologi.com]


Keterangan:

Nadhom di atas adalah bagian dari kumpulan Nadhom Sururun Nasho'ih, yang suatu kali akan saya kumpulan jadi kitab nadhom bersyarah bahasa Indonesia. 

Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha