![]() |
| Jika kau dibuang saudaramu, ingatlah kisah Nabi Yusuf as. |
Oleh M. Abdullah Badri
SEBELUM langit dan bumi dicipta, 50 ribu tahun sebelumnya, Allah Swt sudah selesai menulis nasib seluruh makhluknya. Maka, kata para sufi hikmah, kita yang hidup di dunia ini sebetulnya tidak akan pernah mengalami musibah karena semuanya sudah sesuai dengan catatan Allah Swt. Hanya saja, kita sendiri lah yang menyebutkan sebagai balak atau musibah.
Untuk membuat hamba-Nya hebat, Allah Swt membuat sunnatullah berupa balak. Para ahli hikmah mengatakan:
من ظن أن الطريق إلى المجد مفروش بالورود، لم يعرف سنن الله
Terjemah:
"Barangsiapa mengira jalan menuju kejayaan ditaburi bunga mawar, berarti dia tidak mengenal hukum-hukum sunnatullah".
Tidak ada kejayaan yang diraih dengan kesenangan dan kebahagiaan. Jalan menuju ke sana sangat terjal, berliku, dan penuh tantangan. Termasuk diantaranya adalah pedhaliman dari saudara kandung sendiri. Jika engkau kuat melewatinya, kau akan menjadi "raja" sebagaimana Nabi Yusuf. Saya katakan dalam dua syair Bahar Rojaz:
وَإِنْ رُمِيْتَ إِخْـوَةٌ قَــوَيْتَ :: سَوْفَ مَــلِــيْكًا فِيْ غَــدٍ أَصْبَحْـتَ
"Jika engkau dijatuhkan oleh saudara-saudaramu namun tetap tegar, maka kelak pada hari esok engkau akan bangkit sebagai seorang yang mulia".
أُنْــظُــرْ إِلَى يُوْسَفَ وَهْوَ اُلْــقِيَ :: فِي الْبِئْرِ عَـنْ إِخْــوَتِــهِ وَقَــوِيَ
"Lihat kisah Nabi Yusuf, ketika ia dilemparkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, tapi ia tetap kuat".
SYARAH NADHOM
Dalam dua syair di atas, saya menekankan pentingnya percaya kepada janji Allah Swt jika kuat ketika ditimpa ujian. Dan ujian paling ganas menurut para ahli hikmah ialah pembunuhan karakter oleh saudara kandung sendiri, hingga dibuang dan tak dianggap. Dalam sebuah syair (Bahar Thowil) diungkapkan:
وظلم ذوي القربى أشد مضاضة :: على النفس من وقع الحسام المهند
"Kedhaliman saudara lebih menyakitkan jiwa daripada hantaman pedang tajam".
Bila tetap bertaqwa, kuat dan sabar menerima ujian tersebut, maka, kemenangan akan diberikan Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda:
واعلم أن النصر مع الصبر، وأن الفرج مع الكرب
Terjemah:
"Ketahuilah bahwa kemenangan datang bersama kesabaran, dan kegembiraan datang bersama kesulitan". (HR. Tirmidzi).
Lihatlah, renungkanlah, betapa lemah dan terkucilnya Nabi Yusuf as ketika saudara-saudara kandungnya membuangnya ke sumur gelap karena hasud kepadanya. Karena keteguhan hatinya, Nabi Yusuf as tidak melihat kondisi tersebut sebagai akhir dari segalanya. Justru, bagi Allah Swt, itulah sunnatullah kepada Nabi-Nya, untuk mengangkatnya kemudian ke derajat yang lebih tinggi.
Nabi Yusuf as tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah ujian, tapi, dia yakin, Allah Swt tidak akan menyia-nyiakan apa yang diperbuat oleh orang yang sabar. Karena itulah, Nabi Yusuf tidak mengeluh dengan mengatakan, "aduh, musibah malang apa yang aku alami". Tapi, Nabi Yusuf as justru mengatakan begini:
إِنَّهُ مَن يَتَّقِ وَيِصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
Terjemah:
"Siapa yang bertakwa dan bersabar, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang muhsin". (QS. Yusuf: 90).
Boleh saja para saudara Nabi Yusuf as membuangnya ke gelap sumur, namun, sesuai kehendak Allah Swt, itulah yang menjadi awal mula Nabi Yusuf as menjadi orang besar yang bermanfaat untuk sesama. Para ulama' mengatakan:
ما ظنه العبد شرًا قد يكون عين الخير
Terjemah:
"Apa yang dianggap jahat oleh seseorang, bisa jadi sebenarnya adalah baik".
Bukan hanya itu, setelah dilemparkan ke gelap sumur, Nabi Yusuf as masih diuji lagi lebih dahsyat, yakni: dijadikan budak (hamba sahaya) dengan harga murah karena dianggap tidak berguna, lalu dipenjara. Sekali lagi, Nabi Yusuf as menghadapi semuanya tanpa mengeluh. Dia menyerahkan segalanya kepada Allah Swt.
Nabi Yusuf as sadar benar bahwa ابتلاء اليوم مقدمة تمكين الغد (ujian hari ini merupakan awal dari kejayaan di masa mendatang). Setiap musibah bukanlah nihayah (akhir), tapi selalu bersamanya ada rahmah dan nikmah.
Dalam kegelapan sumur, Nabi Yusuf as belajar makna uzlah (sendirian, terasing). Saat dijadikan budak, Nabi Yusuf as belajar makna tawakkal (pasrah), dan saat dipenjara, Nabi Yusuf as belajar makna kehancuran makhluk.
Orang yang tidak menyukainya, saudara kandungnya, membuatnya sengsara. Tapi, lihatlah, Nabi Yusuf as justru menarik surga dan taman-taman surga ke dalam dadanya, ke hatinya. Boleh jadi, jasadnya tersiksa karena aniaya saudaranya, tapi hatinya bercahaya. Para ahli tasawwuf mengatakan:
إذا أراد الله أن يرفع عبده، ابتلاه ليُظهر صدقه
Terjemah:
"Jika Allah ingin meninggikan derajat seorang hamba, maka Dia menjajalnya dengan ujian untuk mengetahui kesungguhan hatinya".
Sudah menjadi sunnatullah, bahwa derajat seseorang itu bisa diukur dari ujian yang dijalaninya. Makin sengsara, makin tinggi. Makin sedikit ujiannya, kian sedikit cahaya kenabian yang diperoleh. Sebab, الشدائد مراقي العارفين (kesulitan adalah tangga orang-orang makrifat).
فلا تمكين بلا تمحيص، ولا معراج بلا حجاب، ولا فتح إلا بعد ألم
Terjemah:
"Tidak ada keteguhan tanpa pengawasan, tidak ada kenaikan tanpa penghalang, dan tidak ada kejayaan kecuali setelah penderitaan".
Jika kau ditinggalkan oleh makhluk, terlebih saudara kandungmu, dan engkau sabar, maka, yang menjagamu hanyalah Allah Swt. Sebagaimana dikatakan:
من تركهُ الخلقُ حفظه الخالق، ومن خانه القريبُ آواهُ الحبيب
Terjemah:
"Barang siapa yang ditinggalkan manusia, ia dilindungi oleh Sang Pencipta. (Al-Khaliq). Dan barang siapa yang dikhianati kerabat, ia dilindungi oleh Sang Kekasih (Al-Habib)".
Bila terus bersabar atas ujian terberat seperti ujian Nabi Yusuf as (dibuang saudaranya), kau akan menjadi raja yang memiliki banyak harga berupa ilmu, rejeki, kemuliaan, penerimaan orang banyak dan bahkan kekuasaan. Itulah bagian dari hikmah:
من تعلق بالله كفاه، ومن لجأ إلى غيره خذله
Terjemah:
"Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Dan barangsiapa yang berlindung kepada selain-Nya, niscaya Allah menghinakannya".
Maka, ketika engkau dibuang saudara kandungmu, ingatlah kisah teraniayanya Nabi Yusuf as oleh saudara-saudaranya. Apa yang terjadi setelah setelah kesabaran, itulah yang akan engkau rengkuh.
اللهم اجعل البلاء رفعة لنا لا انتقامًا
Terjemah:
"Ya Allah, jadikanlah penderitaan ini sebagai sarana peningkatan bagi kami, bukan suatu hukuman".
Begitu. [badriologi.com]
Keterangan:
Syarah kedua nadhom di atas adalah bagian dari kumpulan Nadhom Sururun Nasho'ih, yang suatu kali akan saya kumpulan jadi kitab nadhom bersyarah bahasa Indonesia.





