![]() |
| Mengutuk akan dikutuk. |
Oleh M. Abdullah Badri
MELAKNAT orang lain itu perkara yang nggegirisi (mengkhawatirkan) dan termasuk dosa besar. Apalagi yang dilaknat adalah saudaranya sendiri. Sungguh ironis. Mengapa? Mengutuk dengan mengatakan mal'un (si terlaknat) sama saja mendoakan agar target dijauhkan dari rahmat Allah Swt.
Sebagai hamba Allah Swt, kita tidak dihalalkan melaknat orang tertentu selama pintu taubat masih terbuka. Rahmat Allah itu luas (QS. Al-A'raf: 56). Jangan persempit melaknat saudaramu, keponakanmu, tetanggamu, saudaramu, hanya karena kamu emosi kepadanya. Rasulullah Saw memperingatkan:
لَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ
Terjemah:
"Melaknat orang beriman itu sama dengan membunuhnya" (HR. Bukhari-Muslim).
Karena itulah, melaknat bukan sekadar ucapan, namun kiminalitas jiwa yang efeknya akan kembali kepada dirinya sendiri. Dalam bahar Rojaz, saya ungkapkan begini:
يَعُوْدُ لَعْنُ لَاعِنٍ إِلَيْهِ :: فِيْهِ تَجَاوُزٌ حُدُوْدَ اللهِ
"Kutukan orang yang mengutuk akan kembali kepadanya. Sebab, di sini ada pelanggaran terhadap batasan-batasan Allah".
فَمَنْهَجُ النَّبِيِّ جَمْعٌ بَيْنَ :: عَدْلٍ وَرَحْمَةٍ لِمُذْنِبِيْنَ
"Jalan Nabi adalah perpaduan antara keadilan dan rahmat bagi orang-orang berdosa".
SYARAH NADHOM
Syariat sangat jelas membedakan antara mengingkari perbutan (إنكار الفعل) dan menghakimi pelakunya (الحكم على الفاعل). Walapun fasiq, dhalim, atau ahli maksiat, melaknat seorang mukmin dengan menyebut nama secara khusus adalah haram. Demikianlah kata Imam Nawawi dalam Syarah Muslim. Melaknat, sebagaimana dinyatakan Rasulullah Saw bukanlah tabiat dan karakter seorang muslim. Beliau Saw bersabda:
إن العبد إذا لعن شيئًا صعدت اللعنة إلى السماء، فتغلق أبوابها، ثم تهبط إلى الأرض، فإن لم تجد مساغًا رجعت إلى قائلها
Terjemah:
"Jika seorang hamba mengutuk sesuatu, kutukan itu naik ke langit, kemudian menutup pintunya, lalu kutukan itu turun ke bumi. Jika tidak menemukan jalan keluar, maka kutukan itu kembali kepada orang yang mengucapkannya". (HR. Abu Dawud).
Jika ingin melaknat, tujukanlah secara umum. Itulah ajaran syariat. Jangan ke fulan atau fulanah tertentu. Sesuai nash syar'i, orang yang menyuap dan disuap akan dilaknat oleh Allah Swt. Tanpa menyebut nama. Itulah batas-batas melaknat dalam syariat. Seperti sabda Rasulullah Saw:
لعن الله الراشي والمرتشي
Terjemah:
"Semoga Allah melaknat orang yang menyuap dan orang yang disuap". (HR. Tirmidzi).
Ironis saya mendengar ada orang yang hapal Al-Qur'an tapi melaknat saudaranya hanya karena dia dianggap durhaka kepada orangtua, dan ini tafsir tanpa tabayun. Hal tersebut menyelisihi kitab suci yang dihapalnya itu. Ironis lagi bila seorang pembicara panggung kalamnya penuh dengan kutukan kepada orang yang tidak dia sukai, entah presiden, gubernur atau pejabat lainnya. Imam Malik berkata:
من لعن الناس اتُّهِم في دينه
Terjemah:
"Siapapun yang melaknat orang lain, agamanya diragukan".
Walaupun hapal Qur'an? Iya. Walaupun dia hafidz.
Pasalnya, melaknat artinya mendahului kepastian Allah Swt bahwa orang dia laknat sudah su'ul khotimah. Inilah yang saya katakan dalam syair dengan kalimat "تَجَاوُزٌ حُدُوْدَ اللهِ" -melanggar batasan-batasan Allah. Dia sudah menghakimi, menuduh, menjatuhkan, padahal, kita tidak tahu akhir hidup orang lain.
Jadi, orang yang mengutuk itu seolah merasa diri paling suci. Padahal, ini larangan Allah. Dalam Al-Qur'an, Allah Swt berfirman:
فَلَا تُزَكُّوْٓا اَنْفُسَكُمْۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى
Terjemah:
"Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa". (QS. An-Najm: 32).
Manhaj Rasulullah Saw ketika menghadapi orang fasiq, maksiat dan ahli durhaka bukanlah melaknat. Tapi memadukan antara keadilan dan rahmat, antara inkar atas perbuatan dan mendoakan. Berbuat adillah jika mengaku pengikut Nabi Saw. Rahmat Allah Swt itu luas.
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
Terjemah:
"Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu". (QS. Al-A'raf: 156).
Iblis pernah mengaku kalau dia termasuk dalam ayat di atas, karena dia mengaku sebagai شَيْءٍ (sesuatu). Tapi Allah menolaknya karena dia tidak mau kembali diperintah sujud kepada Nabi Adam as. Iblis lah yang terlaknat.
Maka, melaknat orang lain adalah kadhaliman, sama dengan menempatkan sedulurnya di tempat Iblis. Naudzubillah. Tsumma na'udzubillah jika yang mengatakan kutukan itu adalah penghapal Al-Qur'an. Ya Allah. Allahumma ihdina wahdihi. [badriologi.com]
Keterangan:
Syarah nadhom ini adalah bagian dari kumpulan Nadhom Sururun Nasho'ih, yang suatu kali akan saya kumpulan jadi kitab nadhom bersyarah bahasa Indonesia.





