Inilah yang Memutus Hubungan Hangat dalam Keluarga -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Inilah yang Memutus Hubungan Hangat dalam Keluarga

M. Abdullah Badri
Kamis, 04 Desember 2025
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
putus silaturrahim tidak akan mengembalikan hati hangat
Yang memutus hubungan hangat keluarga.


Oleh M. Abdullah Badri


HUBUNGAN kekeluargaan itu bukan hanya terkait dengan nasab dan darah saja. Di sana ada sikap saling membantu, mengasihi, mencintai dan saling menasehati. Bila hubungan silaturrahim antar keluarga terputus hingga dalam, maka, untuk mengembalikannya, mustahil. 


Kehangatan dalam keluarga adalah hasil interaksi di masa lalu, sejak kecil, sejak masih di pangkuan orangtua. Setelah ada kebakaran karena marah, hasud, iri, dengki dan lainnya, maka, untuk mengembalikannya tidak akan mungkin. 


Apalagi putusnya hubungan silaturrahim itu berjalan terlalu dalam, lama, dan bertumpuk peristiwa yang mengakibatkan kecewa, luka dan sakit hati, yang mengakibatkan harga diri seseorang terhina. Makin sulitlah disambung kembali. 


Ibarat kaca, ketika sudah pecah, dengan lem mahal sekalipun, tak akan kembali ke asalnya, tanpa bekas dan tanpa patahan. Dalam Bahar Rojaz, saya katakan: 


عُمْقُكَ قَطْعَ رَحِمٍ فَلَا يُعِيدْ :: دَفْءَ التَّوَاصُلِ كَمَا هُوَ يُعِيدْ

Kedalamanmu memutus silaturrahim tidak dapat mengembalikan kehangatan hubungan silaturrahim seperti dulu — sebagaimana biasanya kehangatan itu pernah terjalin.


دَافِئَةُ الصِّلَةِ حَاصِلُ الْقَدِيمْ :: لَمْ تَسْتَطِعْ تِكْرَارَهُ بَعْدَ الضَّرِيمْ

(Sebab) Kehangatan hubungan adalah hasil dari masa lalu. Engkau tak akan mampu mengulangnya kembali setelah terjadinya luka yang dalam (kebakaran).

 

مِنْ أَصْعَبِ الْأُمُوْرِ إِسْتِعَادَةٌ :: لِــعِــزَّةٍ تُـهَانُ وَهْــيَ مُـــدَّةٌ

Di antara perkara yang paling sulit adalah mengembalikan kehormatan yang telah direndahkan -apalagi bila itu telah berlangsung lama.


لَا يُـمْكِنُ الزُّجَاجُ أَنْ تُعِيْدَهُ :: مِنْ بَعْدِ كَسْرِهِ وَلَوْ أَلْصَقْتَهُ 

Kau tidak mungkin mengembalikan kaca seperti semula setelah pecah, meskipun engkau menempelkannya (menge-lemnya) lagi.


SYARAH NADHOM

Jika engkau tidak suka dengan saudaramu, apapun alasannya, entah karena marah, kecewa atau sakit hati, jangan terlalu lama dipelihara. Segera lah selesaikan sebelum nasi menjadi bubur, sebelum terlalu dalam. Ini sangat membahayakan. 


Luka yang terlalu dalam dan terlalu lama meski bisa sembuh, pasti tetap ada bekasnya. Menghilangkan bekas luka tidak akan mungkin. Begitu pula mengembalikan hubungan keluarga yang sudah kadung tercerai-berai lama, mustahil. 


Ketahuilah, hubungan keluarga itu bertumpu pada trust (kepercayaan). Sekali retak, mustahil mengembalikannya. Mengapa? Karena trust yang sudah terkikis akan memudarkan kenangan manis, dan di waktu yang sama; ia menguatkan kenangan buruk. Rasa kecewa dan sakit hati akan terus mengisi memori. Inilah yang membuat kehangatan komunikasi antar keluarga sulit kembali seperti semula, setelah konflik. '


Kata ulama', kepercayaan yang hilang akibat sakit hati (konflik) adalah akibat penghinaan, yang menurut ulama', melahirkan sikap nafrotul qolbiyah (hati yang lari). Jika hati sudah melarikan diri karena bermusuhan, maka, dia akan sulit kembali lagi untuk didamaikan. 


Kecurigaan kecil saja bisa langsung menghilangkan naturalitas hubungan seperti sebelum konflik. Akan ada pihak yang mengatakan, "jangan-jangan akan terjadi lagi", "apakah dia benar-benar berubah?", "apakah aku akan terluka lagi". 


Jiwa antar pihak pasca konflik dalam keluarga telah berubah. Pola pikirnya baru, egonya baru, pun kepribadiannya, juga baru. Yang dulu bisa tertawa lepas bersama, sering ngobrol, saling bantu, sering bertemu, kini, setelah konflik mencapai klimaksnya, semua keintiman itu akan sirna karena rasa kikuk, takut melukai lagi, tidak nyaman atau mungkin malu. Tidak lagi selepas dulu. Ada luka dan ketakutan. Zona aman setelah hubungan putus akibat konflik, sirna. 


Kata saudaramu yang memutusmu mungkin begini: "dulu sih keluarga, sekarang dia adalah orang yang pernah menyakitiku". Itulah kepribadian, ego dan pola pikir baru yang tidak bisa kembali ke level aslinya. Mustahil. Kata Allah Swt, orang yang memaafkan, harusnya diikuti ishlah (فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ). Meskipun penyesalan diungkapkan dan kata maaf terucap, sikap ishlah (damai) sulit diwujudkan. Itulah sebabnya, para ulama' menyaratkan taubat bukan hanya an-nadam (menyesal) tapi juga al-ishlah (berdamai memperbaiki diri). 


Bahwa keintiman tidak tumbuh dari konflik. Ia tumbuh dari kebiasaan, bukan dari kata maaf saja. Barangkali, saling memaafkan setelah konflik bisa saja terjadi, tapi naturalitas hubungan sudah hilang hingga ke akar. Apalagi bila konflik sudah mengarah pada penghinaan izzah (harga diri). 


Di depanmu tampak manis, tapi, di belakang, bisa jadi, mereka, saudaramu, yang terlibat konflik, akan menghinamu sehabis-habisnya. Jika kamu tahu, kamu akan merasa terhina dan menyebutnya munafik. Bila hal ini terjadi terus-menerus, sikap hati tidak akan pernah bisa kembali persis seperti semula. Ada dinding yang memisah dan jarak yang terlalu jauh meskipun lisan dan tubuh berdekatan. Kata Ibnul Qoyyim: 


جراحات السنان لها التئام، ولا يلتام ما جرح اللسان


Terjemah:

"Luka gigi dapat disembuhkan, tetapi luka sebab lidah, tidak".


Yang tidak bisa disembuhkan adalah luka lidah berupa caci maki, hinaan, fitnah, playing victim dan pemutarbalikan fakta. Jika ini diketahui oleh objek, itu lebih membekas daripada luka tubuh, dan sifatnya akan lama, tak terlupakan. 


Kalaupun bisa membangun kembali hubungan yang pernah retak antar keluarga, itu bukanlah replika dan duplikasi hubungan seperti di masa lalu. Sekali lagi, naturalitas hubungan keluarga itu dibangun dengan masa lalu, dan masa lalu tidak akan pernah kembali terulang. Ada luka pada waktu, ada kepercayaan dan kebiasaan yang hilang bersama ego baru yang sudah terbangun lebih anyar. Kata pepatah:


القلوب إذا انكسرت تغيّرت


Terjemah:

"Jika hati sudah patah, ia akan berubah". 


Maka, menyambung yang patah tidak akan menghilangkan bekas patahan. Dalam syair, saya mengibaratkannya seperti kaca, yang bila pecah, sekalipun dengan lem mahal, bekas pecahan itu tetap ada, dan begitulah selamanya. [badriologi.com]


Keterangan:

Syarah nadhom ini adalah bagian dari kumpulan Nadhom Sururun Nasho'ih, yang suatu kali akan saya kumpulan jadi kitab nadhom bersyarah bahasa Indonesia.


Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha