Jangan Membalas Dendam Dengan Mendiamkan -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Jangan Membalas Dendam Dengan Mendiamkan

M. Abdullah Badri
Selasa, 02 Desember 2025
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
jangan membalas dendam dengan cara mendiamkan saudara
Jangan membalaskan dendammu dengan mendiamkan!


Oleh M. Abdullah Badri


RASULULLAH Saw memperingatkan, bila kamu melihat kemungkaran, maka, ubahlah. Sebab, keburukan yang dibiarkan akan menjadi sesuatu yang normal. Keburukan itu laiknya api, yang bila terus dibiarkan, ia makin membesar tak terkendali. 


Maka, membiarkan orang lain yang kau anggap buruk bukanlah syariat Rasulullah Saw. Apalagi mendiamkan kepada pelakunya. Justru ketika engkau membiarkannya, dia akan memiliki keyakinan kebenaran atas apa yang dilakukannya, dan merasa kuat bila tidak ada yang menegur karena banyak yang takut kepadanya. 


Membalas orang berbuat buruk dengan dendam dan membunuh karakternya justru akan merusak hatinya dan semakin memperburuk perangainya. Termasuk dendam ialah mendiamkan dia, seolah menjaga jarak, padahal, itu merusak hatinya. 


Gus Dur pernah mengatakan, "kita itu tidak usah menjadi pendendam tapi harus mengambil tindakan untuk membatasi kelakuan orang yang tidak baik kepada kita". Saya bahasakan kalimat itu dalam sebuah syair Bahar Rojaz di bawah ini:


إِذَا وَجَدْتَ سَيِّئَ الْأَخْلَاقِ :: فَانْهَ وَلَا مُنْتَقِمَ الْخَنَاقِ

"Apabila engkau mendapati seseorang yang akhlaknya buruk, maka hentikanlah dia. Jangan justru membalas dengan dendam dan cekikan". 


SYARAH NADHOM

Jika engkau melihat saudaramu, temanmu, tetanggamu atau kerabatmu berbuat sesuatu yang kau anggap buruk, janganlah kau ngenengke (mendiamkan tak menyapa karena marah). Itu termasuk balas dendam yang makin mengeraskan hatinya. 


Cara membatasi interaksi -misalnya ini dianggap perlu- bukan dengan sukut (diam) dan qoth'ul arham (memutus silaturrahim). Menyelamatkan dirimu, menjaga jarak dengan orang tidak kau sukai, sekali lagi, bukan dengan cara mendiamkan. Sekali lagi, itu namanya balas dendam yang sama saja mencekiknya. 


Bila kamu mendiamkan, itu bisa ditafsirkan bahwa: 


  1. Kamu tunduk, 
  2. Kamu takut,
  3. Kamu setuju tindakannya. 


Sikapmu berdiam kepada orang kau anggap buruk perangainya, meskipun itu saudaramu, adalah tanda bahwa kamu lemah, tidak peduli, bahkan pengecut. Ketahuilah, ngenengke (diam) itu bukan tanda sabar, bukan kebijaksanaan, dan bukan pula kemenangan. Ngenengke adalah kejahatan yang berdampak besar menyuburkan keburukan. 


Sayyidina Umar bin Khattab ra pernah mengatakan:


لَا خَيْرَ فِي لِينٍ لَا شِدَّةَ فِيهِ، وَلَا فِي شِدَّةٍ لَا لِينً فِيهَا


Terjemah:

"Tidaklah kebaikan tanpa ketegasan, dan tidaklah ketegasan tanpa kelembutan". 


Artinya, jika kita ingin berbuat kebaikan kepada orang yang berperangai buruk, ambillah sikap tegas, dengan misalnya, menasehatinya. Misalnya dengan nasehat justru membahayakan, ambillah jarak, tapi jangan mendiamkan. Sebab, ngenengke itu bukan sikap kelembutan. Rumangsamu empuk ati nek ngenengke, ora! Mendiamkan adalah tindakan kekerasan. Tidak ada kasih sayang di sana meskipun niatmu ingin menjaga jarak. 



Sikapmu mendiamkan saudaramu, tetanggamu, temanmu, karena kau tidak suka, marah atau tidak setuju, adalah benih petaka bila terjadi di tengah khilaf informasi atau perang narasi kebenaran antar pihak yang tidak berujung. 


Justru sikap mendiamkan saudara karena tidak setuju adalah tanda jelas kerasnya hati pelakunya dan kepengecutan psikologisnya. Diam karena dendam adalah tanda jelas tidak bisa mengendalikan kemarahannya sendiri. 


Siapapun dia, seburuk apapun perangainya, pasti ingin diperlakukan sebagaimana Allah Swt memperlakukan dengan lembut dan peduli kepada manusia di dunia, yang diberi rejeki, diberi peluang lalu diberi balasan. 


Memdiamkan saudaramu karena dendam bukanlah menjaga jarak, tapi justru menyulut api permusuhan karena kau sama saja dengan mencekiknya. Mendiamkan saudaramu, berarti kau menutup peluangnya, dan tanggungan dosanya bukan ada di dia, tapi terlimpah kepada pihak yang mendiamkan. [badriologi.com]


Keterangan:

Syarah nadhom ini adalah bagian dari kumpulan Nadhom Sururun Nasho'ih, yang suatu kali akan saya kumpulan jadi kitab nadhom bersyarah bahasa Indonesia.


Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha