Agar Tidak Kepaten Obor, Sepakat Sowan Kiai Tiap Bulan -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Agar Tidak Kepaten Obor, Sepakat Sowan Kiai Tiap Bulan

M Abdullah Badri
Sabtu, 15 Juni 2019
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
tradisi sowan kiai oleh santri-santri tbs kudus
Momentum foto bersama Halal Bihalal alumni Madrasah TBS angkatan 2005 (kelas A) di rumah Sdr. Prabowo, Ngembalrejo, Kudus, Ahad (09/06/2019)

Oleh M Abdullah Badri

ADA 16 orang yang hadir dalam pertemuan reuni alumni MA TBS Kudus 2005 yang pernah menghuni kelas di Ngembalrejo, Kudus, Ahad sore, 9 Juni 2019/5 Syawwal 1440. Beberapa diantara mereka ada yang membawa serta istri dan anak-anaknya.

Suasana ramai dan akrab terbangun seperti mengulang keriuhan saat-saat di bangku madrasah TBS, yang selalu sejuk dipenuhi pesan-pesan para guru dan kiai. Mereka merindukan hal itu walau sekarang sudah memiliki profesi pedagang, karyawan, pebisnis, guru, dosen, PNS, dan gelar mentereng mulai dari kiai, hafidz hingga doktor.

Baca: Andai Saja Pak Budi Sampang Adalah Guru di Madrasah TBS Kudus

Tak ada lagi sekat pembeda ketika berkumpul. Gasak-gasakan antar alumni sekelas itu berlangsung hingga jelang adzan Maghrib memanggil. Dalam acara tahunan khusus tersebut mereka sepakat mengadakan rutinan sowan para guru dan masyayikh hanya untuk mencari berkah.

Selain itu, tradisi sowan kiai sepakat digelar tiap bulan (atau insidental) juga bertujuan agar tetap ada komunikasi ruhaniyah antara murid dan guru, yang kini mulai membuat keresahan akibat kian habisnya adab dan tatakrama dari yang muda kepada yang lebih tua.

Meski ini lazim dipraktikkan oleh alumni pesantren, tapi di TBS, sejak dulu memang kulturnya rasa pesantren. TBS, bagi saya, adalah madrasah yang benar-benar rasa pesantren. Meski siswanya tidak selalu berasrama di pondok, adab dan akhlak alumninya beraroma pondok pesantren.

Baca: Syaikh Rodhi, Misionaris Wahabi Abad 19 yang Minggat Pasca Kalah Debat dengan Kiai Menara

Saat menjadi alumni, banyak kawan saya yang masih mengingat pesan dan petuah guru dan kiai, yang tidak jarang menjadi pedoman hidup. "Elek-eleko ngene aku santri TBS," begitu kata salah satu kawan yang masih bangga menyebut dirinya santri walau kadang banyak melakukan maksiat kubro.

Dengan sowan kiai, setidaknya para alumni TBS masih memiliki peluang menyerap kesegaran ruhaniyah dan ilmiah dari kiai yang dulu pernah mengajar setiap hari. [badriologi.com
Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha