Wali Paidi Bertemu Suami Nyai Kidul yang Ngaku Sulthanul Auliya' -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Wali Paidi Bertemu Suami Nyai Kidul yang Ngaku Sulthanul Auliya'

M Abdullah Badri
Rabu, 04 Desember 2019
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
wali paidi edisi lengkap badriologi
Patroli Wali Paidi ke-10

Oleh M Abdullah Badri

"SAYA dipenjara yik. Yang menyelamatkan ya Wali Paidi. Mendengar beliau ditembak polisi gadungan rasanya sedih," kata tamu bernama Kiai Sya'ban asal Banyumas ke Yik Lukman, di Kafe Ghaza milik Wali Paidi. Dia membawakan oleh-oleh plus Djisamsu kesukaan Wali Paidi.

Kiai Sya'ban bercerita, dulu dia sempat dipenjara karena menikah dengan anak seorang hakim yang berusia muda. Perempuan itu mau karena Wali Paidi menjadi lantaran sebab penyakitnya sembuh.

"Apa penyakitnya, kiai?" Tanya Yik Lukman.

"Penyakitnya aneh. Kalau dia menikah, suaminya langsung meninggal tidak lama. Begitu terus hingga dia menikah selama empat kali," jawab Kiai Sya'ban.

Begitu menikah dengan Kiai Sya'ban, perempuan itu punya anak dan Kiai Sya'ban pun tidak mati. Diam-diam ternyata dia disukai jin sakti yang tidak rela bila dia menikah dengan laki-laki lain. Kata Kiai Sya'ban, jin itu tidak lebih sakti dari Kiai Sya'ban secara ilmu ghaib. Kiai Sya'ban selamat, perempuan itu juga berketurunan.

"Lalu, apa masalahnya, kok urusannya jadi penjara?" Yik Lukman penasaran.

"Orangtuanya yang hakim mulai menuduh saya sebagai dukun Yik. Dikiranya saya mengguna-guna. Kan istri saya sudah ada 3, yang ke-4 ya perempuan itu?"

"Serakah amat. Saya dua istri saja yang satu saya bebaskan alias cerai," ujar Yik Lukman sambil tertawa.

"Bukan serakah pak Yik. Tapi itu jatah dari Allah".

"Jatah kalau tidak diambil kan ya tidak dosa. Kamu saja yang serakah nafsunya".

"Eman-eman pak Yik Lukman. Jumlah istri saya itu kalau dihitung ada 9 wanita. Yang empat manusia, lainnya ratu-ratu ghaib. Termasuk Nyai Kidul dan Dewi Lanjar".

"Hah?"

"Ratu-ratu yang saya jadikan istri itu semuanya pada nurut. Ada yang khusus umbah-umbah, ngirisi brambang, resik-resik omah, ada yang juga bagian ngisi kulah pesantren saya".

Hahahaha. Hahahaha.

"Betulan ini Yik. Kalau tidak percaya, tanya saja nanti sama Wali Paidi," terang Kiai Sya'ban.

"Ratu kau jadikan pembantu. Kamu itu loh, ngayal tingkat lelembut tenan".

"Kita manusia diciptakan Allah sebagai makhluk paling sempurna di antara yang lainnya. Manusia lah yang jadi khalifah. Saya tidak mau jadi hamba selain kepada Allah. Ya apa salahnya mereka yang jadi ratu di dunianya masing-masing saya jadikan sebagai pembantu, toh ternyata mereka mau".

Diam-diam Yik Lukman mulai mendengarkan ocehan Kiai Sya'ban. Ada benarnya juga dia. Banyak santri yang wiridan "Qulhu 100 kali" tiap hari ternyata hanya untuk menambah kakuatan khodam jin di tubuhnya. Mereka santri tapi jadi budak jin khodam. Kiai Sya'ban mampu melawannya.

"Di alam ghaib tidak ada polisi. Di dunia nyata, ada hukum manusia. Saya kalahnya karena orangtua istri ke-4 saya (yang manusia) melaporkan saya dengan tuduhan menikahi anak dibawah umur dengan paksa pakai guna-guna segala," Kiai Sya'ban menjelaskan kasusnya.

"Jadi, ini curcol seorang Raja ratu-ratu jin kalah sama mertua yah. Hahaha".

"Nggih, dan yang membantu saya bebas dari penjara dengan jaminan adalah Wali Paidi, Pak Yik," kenangnya.

Kiai Sya'ban bertemu Wali Paidi saat seorang anak muda datang ke Banyumas minta solusi atas orangtuanya yang meninggal karena dijadikan tumbal ilmu hitam ijazah-an dari seorang nyai ratu ghaib. Ia datang karena dia mendapatkan kabar kalau Kiai Sya'ban adalah suami ratu-ratu ghaib itu.

"Bentar ya, saya tanyakan dulu istri saya yang sedang umbah-umbah di belakang," Kata Kiai Sya'ban ketika anak muda itu datang meminta tolong. Kiai Sya'ban ke bagian rumah belakang, yang lumayan luas.

"Betul, bapakmu jadi tumbal istri saya dari muridnya. Kiai kok tidak sakti, ya bisa jadi korban tumbal wong-wong edan ilmu hitam. Makanya jadi kiai itu harus tirakat juga. Jangan cuma ngaji saja," tutur Kiai Sya'ban setelah kembali dari belakang rumahnya.

Diam-diam, anak muda itu SMS ke Wali Paidi. Ia minta cek, benarkah semua yang dikatakan Kiai Sya'ban, lengkap dengan mengirimkan alamat Rt dan Rw-nya biar meluncur secara ruhani.

Tak selang berapa lama, obrolan malam antara anak muda itu dengan Kiai Sya'ban berhenti. Ia minta ijin ke ruang kamar khusus untuk wiridan, katanya. Anak muda itu pun diminta menginap. Besok hari baru boleh pulang sambil membawa solusi.

***

Subuh menjelang, Kiai Sya'ban keluar dari kamar, berjama'ah, lengkap dengan empat istri, anak dan santri-santrinya yang rata-rata ingin mendapatkan ilmu rogoh sukmo semua dengan istiqamah nariyahan 4444 kali tiap hari.

"Kamu ke Wali Paidi saja, dia orang baik dan mampu. Ikhlashkan bapakmu. Istriku sudah membebaskan. Semoga sudah di alam barzakh," kalimat Kiai Sya'ban seolah menjadi penawar atas masalah anak muda tersebut.

"Kok tahu Wali Paidi yah? Padahal saya tidak bercerita apa-apa sebelumnya," Batinnya.

"Sudah, nanti pagi kamu pulang saja, sampaikan salam ke Wali Paidi," Kiai Sya'ban menambahi pesan penting.

Di bus sekitar jam 09.00 WIB, Wali Paidi menelepon anak muda itu.

"Semprul tenan. Tadi malam aku ditantang gelut sama Kiai Sya'ban. Habis kamu SMS, aku langsung datang dan teriak-teriakin namanya dari luar rumahnya tanpa salam, sekitar tengah malam, dia langsung marah," kata Paidi di seberang telepon sambil tertawa.

"Loh, kayaknya waktu itu kiainya minta ijin wiridan dan khalwat malam katanya, Mas," kata anak muda itu.

"Wiridan apanya, dia bawa 7 muridnya nyamperin saya kok. Muridnya 7 orang kan yang sekarang?".

"Kayaknya sih, iya".

"Dia tanya, sejak kapan aku nggendeng. Tak jawab 'tujuh tahun, Kiai'".

"Nggendeng maksudnya gimana?"

"Ya emboh, tanya sendiri ke dia".

"Aku dah suruh pulang ini, Mas. Di bus".

"Owalah, ya wis. Ntar kalau sudah sampai sini tak ceritain".

Wali Paidi pun akhirnya membuka cerita. Kiai Sya'ban memang beristri banyak. Dia orang sakti. Istiqamah Nariyah. Saking saktinya, ia menantang Wali Paidi duel maut di alam ghaib.

"Kamu butuh berapa wali untuk menolong temanmu itu? Saya bangunkan wali-wali di Jawa Tengah untuk membantumu," kata Kiai Sya'ban ke Wali Paidi.

"Mboten yi. Sendirian saja. Ada Allah Yang Maha Menolong," jawabnya.

"Ya sudah. Sekarang kutitipkan sahabatmu yang datangi aku. Kalau butuh bantuan, temanmu suruh telpon aku".

"Nggih".

Duel tidak jadi terlaksana. Antara Wali Paidi dan Kiai Sya'ban justru berteman. Sama-sama pendekar sih. Cuma, Wali Paidi di dunia nyata lebih banyak temannya daripada Kiai Sya'ban. Wali Paidi lah yang menjadi jaminan bebas Kiai Sya'ban ketika terkena kasus hukum menikahi anak di bawah umur. Meski dia mengaku sebagai Sulthanul Auliya' setelah Syaikh Abdul Qadir, ternyata dia masih kalah dengan hukum positif di Indonesia.

"Makanya, kalau jadi kiai jangan sok-sokan meniru sunnah Nabi hanya di bilangan istrimu saja. Itu termasuk syahwat khofiyyah, kiai. Aku curiga, yang kamu nikahi itu jelma'an ratu-ratu, bukan ratu sesungguhnya. Kamu saya tuduh ke-jin-an. Setuju?" Tandas Yik Lukman.

Kiai Sya'ban terdiam dan menunduk. Yik Lukman meninggalkan kiai itu, berganti menemui kolega-kolega Wali Paidi tak terduga lainnya. Neg juga sih. Yik Lukman paling sebel mendengar ada kiai ngaku-ngaku sakti. Dimana Allah? Ngaku Sultanul Auliya' sembarangan juga. [badriologi.com]

Bersambung...

Keterangan:
Ini adalah serial Patroli Wali Paidi (edisi 10). Rampung ditulis Rabu dini hari, 4 Desember 2019 - 03.04 WIB.  

Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha