Ngaku NU, Wartawan Media Langsung Dijauhi Kelompok Hijrah -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Ngaku NU, Wartawan Media Langsung Dijauhi Kelompok Hijrah

M Abdullah Badri
Sabtu, 08 Juni 2019
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
saya bangga sebagai warga nu
Bendera NU bisa digunakan sebagai tameng dari ajaran radikal wahabi jika dipasang di rumah tiap warga NU. Mereka menyasar kelompok umat Islam yang tidak memiliki afilasi ormas atau iman yang lemah untuk dijadikan sebagai warga binaan baru di kelompok ideologinya dengan cara-cara misionari.

Oleh M Abdullah Badri

LAIKNYA Solo, Yogyakarta bebas dihuni oleh kelompok ideologi manapun tanpa resistensi dari kelompok kontra. Ideologi jenis apapun bisa hidup dan berkembang leluasa. Bahkan sayap kelompok takfiri jahadis juga mudah ditemukan di daerah yang heterogen kelompok penduduknya.

Seorang kawan yang berprofesi sebagai wartawan media online nasional menceritakan pengalaman dia saat dibujuk rayu menjadi kelompok hijrah di Yogyakarta. Awalnya dia hanya bermaksud ingin mencari informasi seputar dana yayasan yang dianggapnya penting diketahui publik.

Begitu saling intens membangun komunikasi, narasumber mulai membangun pertanyaan-pertanyaan yang menggiring dia agar ikut rombongannya berhijrah. Pertanyaan itu hanya seputar dasar-dasar Islam, misalnya:

1. Kamu tahu apa arti Islam?
2. Kamu tahu tentang sunnah yang benar menurut Rasulullah?
3. Kamu tahu tidak kalau amalan tahlilan, haul dan lainnya adalah bid'ah?
4. Maukah menjadi muslim yang kaffah?

Kalau dijawab tidak tahu, Anda akan terjebak pada pola cara dia mengislamkan Anda kembali walau Anda sudah Islam.

Baca: Kegelisahan KH Hasyim Asy'ari Sebelum Mendirikan Nahdlatoel Oelama (NO)

Awalnya, kawan yang wartawan tadi hanya mendengarkan apa dia sampaikan. Laiknya marketing sedang promosi begitulah. Dia manggut-manggut. Niatnya hanya ingin mencari bahan yang sekiranya bisa ditulis dan layak dikonsumsi oleh publik lewat medianya.

Tapi, katanya, lama-lama bujukan atas sebuah pertanyaan tentang dasar Islam tersebut makin mengarah kepada propaganda. Ia kemudian sering diberi link (via WA) tentang strategi yang disebut oleh kelompok hijrah sebagai "perang kota".

Istilah itu tidak dijelaskan lebih lanjut kepada saya, tentang isinya apa dan bagaimana caranya, karena sebagai wartawan, ia sudah mulai tidak nyaman dengan cara-cara yang dilakukan. Dia hanya mencari narasumber eh malah diajak jamaahan olehnya.

Akhirnya dia membalas tiap wacana propaganda yang dikirimkan kepadanya dengan jawaban singkat, "saya itu NU mas, jadi tidak tertarik dengan ulasan-ulasan provokasimu".

Baca: NU Itu Juru Kunci Pathok Nusantara

Seketika itu, nomornya diblokir oleh sahabat hijrah tersebut, dan raib menghilang tanpa kabar dan data. NU ibarat penjaga bagi wartawan itu, pelindung dari iblis-iblis yang hanya butuh diyakini tapi tidak butuh berdialog.

Saya jadi paham saran Abah Luthfi agar tiap warga NU memasang logo NU di rumahnya lengkap dengan foto KH. Hasyim Asy'ari. Saya membuktikan, foto yang terpasang di rumah saya cukup efektif menolak halus tamu-tamu yang datang hanya untuk menawarkan ajaran hijrah yang salah kaprah. [badriologi.com]

Keterangan: 
Esai ini adalah dokumentasi hasil ngobrol dengan seorang kawan wartawan media online di Yoigyakarta, yang pada Kamis dini hari, 6 Juni 2019, di datang silaturrahim Halal Bihalal.
Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha