Ciri Wahabi dan Bahayanya Bagi Aswaja NU -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Ciri Wahabi dan Bahayanya Bagi Aswaja NU

M Abdullah Badri
Selasa, 18 Januari 2022
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
bahaya wahabi bagi umat islam indonesia
Buletin Halaqah NU Ngabul Edisi 04 (PDF). Foto: badriologi.com.


Oleh M. Abdullah Badri


WAHABIYAH adalah paham menyimpang yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, tokoh pembuat bid’ah kelahiran Najed (sekarang Riyadl, Makkah). Sejak kecil, guru dan ayahnya sudah khawatir atas masa depan Muhammad yang kelak menyesatkan banyak umat. Kala muda, ia suka membaca hikayat nabi palsu Musailamah Al-Kadzab, Sajjaj, dan Thulaihah Al-Asadi, dan terinspirasi sepak terjang mereka.


Demikian keterangan Kitab Futuhatul Islamiyyah karya Syaikh Zaini Dahlan, mufti Makkah yang pernah hidup sezaman dengan pendiri wahabi. Keterangan ini juga dikutip oleh Kiai Faqih Maskumambang dalam Kitab Nushusul Islamiyah


Muhammad bin Abdul Wahab pernah membunuh seorang muadzin buta hanya karena dia melantunkan pujian shalawat usai adzan di masjid. Pendiri wahabi tidak suka ada orang memuji Rasulullah Saw. Ia memiliki sifat ghillan lilladzina amanu (dengki kepada orang yang beriman). Baca: Halaqah Edisi 01 (Dalil Nishfu Sya'ban dan Amalan Asyuro').


Namun, karena tidak memiliki ruang mengaku Nabi seperti Musailamah, ia pun hanya bisa mengejek Nabi Muhammad Saw. sebagai tharisy (إنه طارش) —semacam julukan untuk pembawa surat dari raja, yang setelah tersampaikan, ia kembali mengabdi kepada rajanya lagi. Seolah, Rasulullah Saw. tidak memiliki derajat kerasulan yang membawa rahmah serta patut diteladani. 


Karena itulah, ia menempatkan Rasulullah Saw. sebagai manusia biasa, seperti dia, yang bisa berbuat salah. Akibatnya, ia menyeru supaya tidak membaca kitab-kitab para ulama’ salaf yang sanadnya jelas tersambung hingga Rasulullah Saw. Ia bahkan membakar semua karya ulama’ salaf yang dianggapnya musyrik karena berbeda aqidah dengannya. 


Baginya, hanya kelompoknya saja lah yang dianggap bertauhid, sambil mengutuk peziarah sebagai quburiyyun yang lebih musyrik daripada orang-orang musyrik karena mereka dituduh menyembah berhala dengan praktik tawassul, tabarruk dan lainnya. 


Dari sini, ia menjuluki gerakan bid’ahnya sebagai dakwah tauhid dan pengikutnya disebut al-muwahhidun dengan jargon kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits dan pembagian trinitas tauhid: uluhiyah, rububiyah dan asma’ was sifat.

 

Tokoh yang dijadikan rujukan wahabi adalah Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dan murid-muridnya. Di masa sekarang, ulama’ populer rujukan mereka antara lain, Abdul Aziz bin Baz, Shalih Al-Fauzan, Utsaimin dan lainnya. Nashiruddin Albani disebut sebagai ahli hadits di kalangan mereka yang pertama mengganti label wahabi menjadi salafi, setelah paham bid’ah ini mendapatkan banyak kecaman dari ulama’ dunia dan menyebar luas ke luar wilayah Saudi. 


Dengan label salafi, mereka memonopoli surga, bahwa hanya kelompoknya lah yang dianggap paling sesuai dengan generasi salaf (300 tahun awal hijriyah). Anehnya, Imam Bukhari kok disebut Albani kafir. Piye, jal?


Ciri Utama Wahabisme

Meski bisa disebut ahlusunnah, kelompok wahabi tidak bisa disebut sebagai wal jama’ah (aswaja). Alasannya, mereka sering menuduh kafir, bahkan antar sesama mereka sendiri. Dan ini jelas bukan ciri aswaja yang benar.  Secara umum, dalam teologi (aqidah), mereka memiliki ciri utama: 


  1. Cenderung tajsim (menyebut Allah beranggota tubuh) dan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk). Mereka disebut sebagai penerus ideologi hasywiyah yang secara sesat menisbatkan pahamnya kepada Imam Ahmad Al-Hambali. 
  2. Anti asy’ariyyun (pengikut Imam Asy’ari) sambil menyanjung Kitab Al-Ibanah an Ushulid Diyanah karya Imam Asy’ari —yang seolah dianggap membenarkan aqidah tajsim mereka. Aqa’id 50 —termasuk wujud, qidam dan baqa’, yang semuanya dirumuskan Imam Sanusi dari Imam Asy’ari— dianggap bid’ah dan dituduh tidak berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.  
  3. Takfiri (mudah mengafirkan) dan tahlil dima’ (menghalalkan darah) kelompok Islam lainnya hanya karena pembagian praktik bid’ah yang rancu di kalangan mereka. Di sini, mereka bisa disebut Khawarij —anak ideologis Dzul Khuwaishirah yang pernah menuduh Rasulullah Saw. tidak adil saat pembagian ghanimah di Ji’ranah usai menang dalam perang Tha’if dan Hunain. Tidak ada satu ideologi teroris yang tidak takfiri. Takfiri adalah bahan baku terorisme. Buktinya, meski qa’imul lail, sha’imun nahar dan hafidzul qur’an, mereka bisa berbuat teror, laiknya Abdurrahman bin Muljam, pembunuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib.  


Dalam bidang syariah, ciri utama wahabi salafi antara lain:


  1. Allamadzhabiyyah (tidak mengikuti madzhab) atas nama independensi ijtihad, walau orangnya tidak paham perbedaan antara nash-dhahir, muhkam-mutasyabih, nasikh-mansukh, dll.
  2. Mengingkari ijma’ ulama’. Misalnya; mereka menyebut safar ziarah ke makam Rasulullah Saw. sebagai maksiat, menerjemahkan sabilillah secara aam hingga membolehkan harta zakat untuk pembangunan jembatan, masjid, sekolah dan lainnya tanpa syarat tamlik dan tamalluk. Padahal, ijma’ ulama’ tidak menyatakan demikian. Ibnu Taimiyah tercatat telah mengeluarkan 60 fatwa yang tidak sesuai ijma’. 
  3. Anti tasawuf. Sufi dianggap mereka menyimpang dari sunnah. Meski begitu, mereka mendakwahkan tazkiyatun nafus (pembersihan jiwa), tapi tetap dalam konteks aqidah dan syariah saja, tanpa berlanjut ke hakikat ihsan, seperti hadits Jibril dari Sayyidina Umar itu. 


Beda NU dan Aswaja Murni

Tidak semua yang mengaku aswaja adalah NU. NU itu harakah (gerakan) aswaja yang memiliki prinsip siyasah (politik) moderat (tasamuh, tawazun, adalah, tawassuth) serta tidak keluar dari nashihah li’aimmatil ummah (menasehati pemimpin umat) dengan penuh rahmah, hikmah dan mau’idhatul hasanah. Baca: Halaqah Edisi 03 (Hukum Istri Gugat Cerai, Tapi Suami Menolak).


Kelompok perusuh yang mengaku aswaja tapi suka teriak terdhalimi bukanlah aswaja an-nahdliyyah. Pahamnya aswaja, tapi harakahnya tetap ala khawarij, meski mereka mengatasnamakan amar ma’ruf nahi mungkar sekalipun.


Selain wahabi, kelompok aswaja murni (tanpa an-nahdliyyah) inilah yang potensial memecah-belah nahdliyyin dan ngobok-ngobok kolam gerakan jama’ah di jam’iyyah besar bernama NU, yang memiliki misi utama menyebarkan paham aswaja dan mempertahankan NKRI. Waspada! [badriologi.com]


Keterangan:

Artikel ini awalnya berjudul "Bahaya Wahabisme Bagi Aswaja NU" dan dimuat di Buletin Halaqah Edisi 04 (PDF) yang diterbitkan oleh LTN NU Ngabul dan didistribusikan gratis dalam rutinan Lailatul Ijtima' di Masjid Nurul Amin, Krajan, Ngabul, pada malam Selasa Wage, 15 Jumadal Akhirah 1443 H/18 Januari 2022 M. 

Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha